REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemimpin Umum Kantor Berita MINA di Jakarta, Ustaz Arief Rahman, mengatakan, berbicara potensi umat Islam saat ini khususnya Indonesia, data menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara terbesar populasi umat Islam. Menurut laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) atau MABDA bertajuk The Muslim 500 edisi 2022, ada 231,06 juta penduduk Indonesia yang beragama Islam.
Ustaz Arief mengatakan, jumlah tersebut setara dengan 86,7 persen dari total penduduk Indonesia. Proporsi penduduk Muslim di Indonesia mencapai 11,92 persen dari total populasinya di dunia. Melihat data tersebut maka potensi ekonomi umat Islam sangat menggiurkan.
"Apapun produk yang dihasilkan baik yang terkait dengan ritual keagamaan maupun kebutuhan keseharian memiliki prospek yang menjanjikan," kata Ustaz Arief saat menyampaikan materi Peran Media Massa Dalam Meningkatkan Literasi Ekonomi Syariah dalam acara Tabligh Akbar yang digelar Dewan Kemakmuran Masjid At Taqwa, Sabtu (19/3/2022) malam.
Ia mengatakan, Indonesia juga digadang-gadang untuk menjadi kiblat 4F terkait industri syariahnya. Yaitu Fashion, Food, Fun & Entertainment, dan Finance.
Untuk sektor keuangan menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Maret 2020 pengguna jasa perbankan syariah telah menembus angka 40 juta orang atau sebesar 15 persen dari total populasi umat Islam yang ada.
"Bila ditambah dengan instrumen keuangan syariah lainnya sepeti asuransi syariah maupun koperasi syariah kurang lebih menjadi 50 juta orang," ujar Ustaz Arief.
Ia menerangkan, Adiwarman Karim sebagai praktisi keuangan syariah Indonesia menjelaskan, angka 50 juta orang itu bukan menggambarkan awareness yang rendah dari masyarakat terhadap instrumen keuangan syariah, melainkan sebagai keterbatasan jasa keuangan syariah dalam memfasilitasi kebutuhan keuangan umat. Artinya potensi yang ada jauh lebih besar bila jasa keuangan syariah bisa tumbuh lebih cepat lagi.
Di bidang fashion, laporan dari State of the Global Islamic Economy pada tahun 2019- 2020 menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara pengembang busana Muslim terbaik di dunia, setelah Uni Emirat Arab (UEA) dan Turki. Total konsumsi mencapai 16 miliar US Dolar.
"Sementara menurut Thomson Reuters, Indonesia juga merupakan konsumen busana Muslim terbesar ketiga di dunia, yang membelanjakan sekitar Rp 300 triliun per tahunnya," ujarnya.
Ustaz Arief mengatakan, untuk makanan, data Global Islamic Economy Report 2020/ 2021 menunjukkan bahwa pengeluaran konsumen Muslim untuk makanan dan minuman halal, farmasi dan kosmetik halal, serta pariwisata ramah Muslim dan gaya hidup halal pada tahun 2019 mencapai nilai 2,02 triliun US Dolar.
Konsumsi produk halal Indonesia pada tahun 2019 mencapai 144 miliar US Dolar yang menjadikan Indonesia sebagai konsumen terbesar di sektor ini. Sektor pariwisata ramah Muslim menjadikan Indonesia menduduki posisi ke-6 dunia dengan nilai 11,2 miliar US Dolar. Di sektor busana Muslim, Indonesia merupakan konsumen ke-3 dunia dengan total konsumsi 16 miliar US Dolar.
"Sektor farmasi dan kosmetika halal Indonesia menempati peringkat ke-6 dan ke-2 dengan total pengeluaran masing-masing 5,4 miliar US Dolar dan 4 miliar US Dolar," jelas Ustaz Arief.
Ia mengatakan, melihat data-data di atas maka tidak mengherankan para investor dari berbagai negara belahan dunia menjadikan Indonesia surga untuk produk produk mereka. Berbagai inovasi produk dari yang halal, abu-abu dan haram ada dan ditawarkan ke Indonesia.
Kecenderungan konsumen yang suka akan hal-hal baru dan kekinian juga menjadi variabel dalam kesuksesan sebuah produk yang diluncurkan di masyarakat. Hal ini juga yang membawa sisi positif munculnya dorongan inovasi atas produk-produk yang ditawarkan kepada umat.