Jumat 18 Mar 2022 12:00 WIB

Malaysia Tetapkan 15 Maret Sebagai Hari Internasional untuk Perangi Islamofobia

15 Maret ditetapkan Malaysia hari anti Islamofobia.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Malaysia Tetapkan 15 Maret Sebagai Hari Internasional untuk Perangi Islamofobia. Foto: Islamofobia (ilustrasi)
Foto: Bosh Fawstin
Malaysia Tetapkan 15 Maret Sebagai Hari Internasional untuk Perangi Islamofobia. Foto: Islamofobia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,PUTRAJAYA – Dalam melihat kebutuhan mendesak atas meningkatnya diskriminasi, xenofobia, intoleransi, dan kekerasan terhadap Muslim di seluruh dunia, Malaysia mensponsori resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyatakan 15 Maret sebagai Hari Internasional untuk memerangi Islamofobia.

Dilansir di Bernama, Jumat (18/3/2022), Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Saifuddin Abdullah mengatakan, resolusi yang diprakarsai oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI), diadopsi oleh konsensus pada hari Rabu di Majelis Umum PBB di New York.

Baca Juga

Tanggal 15 Maret dipilih menandai serangan terhadap jamaah Muslim selama salat Jumat di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru. Yang mana dalam tragedi itu sebanyak 51 orang tewas dan melukai 40 orang lainnya. Selain negara-negara anggota OKI, resolusi tersebut juga disponsori bersama oleh China, Kuba, Nikaragua, Rusia, Uruguay, Venezuela, dan Filipina.

“Resolusi tersebut menyesalkan semua tindakan kekerasan terhadap orang-orang atas dasar agama atau kepercayaan mereka, serta serangan terhadap situs-situs keagamaan, yang melanggar hukum internasional,” katanya.

Saifuddin mencatat, Islam adalah agama damai dan tidak boleh dikaitkan dengan tindakan terorisme atau ekstremisme yang menyimpang dari ajaran yang sebenarnya.

Dia mengatakan Malaysia akan terus mempromosikan hidup berdampingan secara damai, hubungan yang harmonis dan saling menghormati di antara berbagai negara, masyarakat, dan orang-orang dari agama dan keyakinan yang berbeda untuk memerangi Islamofobia, ujaran kebencian, dan prasangka lainnya.

“Sebagai keluarga bangsa, masyarakat internasional harus memperkuat upaya internasional untuk mendorong dialog global tentang promosi budaya hidup berdampingan secara damai dan harmoni di semua tingkatan,” kata Saifuddin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement