Beberapa yang lain, ujar Almas, menggunakan jilbab sebagai kecantikan. Mereka ingin menjaga kecantikan itu sehingga tidak semua orang dapat melihat kecantikan mereka.
Hiba Sheikh (22) dari Mangalore, merasakan hal yang sama. Ia merasa bahwa hijab adalah sebuah tameng dalam hidupnya.
Fathima Usman (20) yang juga dari Mangalore, mengungkapkan jilbab merupakan sebuah pilihan bagi wanita muslim. Mereka dapat memilih memakainya atau tidak.
“Tidak ada orang tua, keluarga, yang memaksa mereka memakainya. Beberapa siswa Muslim memakainya sementara yang lain tidak. Itu adalah pilihan individu dan tidak ada yang bisa ikut campur dalam kehidupan pribadi mereka,” ungkap Usman.
Wanita seperti Fathima, Hiba dan Almas tumbuh dengan melihat ibu, nenek, dan nenek buyut mereka mengenakan jilbab. Ini adalah bagian dari tradisi turun-temurun yang membuat tindakan mengenakan jilbab menjadi istimewa.
“Saya akan melihat ibu saya, saya akan melihat saudara perempuan saya memakainya, wanita yang lebih tua di komunitas saya memakainya dan ingin menjadi bagian dari itu,” kata Almas.
Tetapi, ujar Fathimah, mereka hendak menghancurkan tradisi itu. Mereka mencoba membatasi dengan menerapkan larangan mengenakan jilbab di sekolah dan universitas.
“Mereka mencoba menghancurkan kami dan tidak memberi kami pendidikan. Ini bukan masalah jilbab tapi pola pikir mereka,” kata Fathima mengacu pada aturan berpakaian yang bertentangan di seluruh India.