"Pidato Anda bagus, relevan, diteliti dengan baik. Tapi aku tidak bisa melihat ekspresi wajahmu," salah satu anggota komite memberi tahu Anya.
Di tempat lain, pakaian Anya telah membuatnya menjadi objek kecurigaan. Pada suatu kesempatan, seorang pemilik warung di Srinagar memintanya menunjukkan tangannya karena dia mengenakan burkha dan dia curiga Anya mencuri. Dalam kejadian lain ketika dia masih kuliah, dia dikira pekerja seks karena mengenakan burqa dan menunggu seorang teman di jalan.
Benci dan sakit hati
Jilbab yang dikenakan Shifa membuatnya beralih profesi dari jurnalistik ke konseling kesehatan demi keselamatan. Dia merasa lebih aman bekerja di pekerjaan pemerintah daripada menjadi jurnalis Muslim di Delhi.
Tetapi Shifa, yang memiliki gelar sarjana dalam aplikasi komputer dari Universitas Kashmir dan master dalam jurnalisme konvergen dari Universitas Pusat Kashmir, tidak merasa terancam ketika dia bekerja di luar kantor sebagai reporter saat dia magang di sebuah kantor berita di Delhi pada 2014-2015.
Sebaliknya, perasaan dia menjadi sasaran justru datang dari rekan-rekannya di kantor. Mereka sering membuat komentar menyakitkan tentang pakaiannya. Banyak rekan-rekan seniornya yang memaksa Shifa melepaskan jilbabnya.
Mereka mengatakan jilbab yang dikenakan Shifa dapat membuat orang lain tidak merasa aman dan takut. "Mereka biasa menunjukkan hal-hal seperti itu dan saya sangat terluka,” ujar Shifa.
Padahal, pakaian yang digunakannya tidak terlalu tradisional. “Saya mengenakan jeans dan kurti, kemudian jilbab. Saya merasa aman memakai jilbab,” jelasnya