REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Selama lebih dari dua bulan, ketegangan telah mencengkeram negara bagian Karnataka di India selatan, setelah sekolah dan perguruan tinggi di sana melarang siswi Muslim mengenakan jilbab di dalam kelas. Langkah tersebut kemudian menciptakan riak di seluruh negeri.
Kegaduhan terkait hijab ini juga datang di saat pemilihan kepala daerah tengah berlangsung di lima negara bagian di India. "Larangan jilbab tidak dapat diterima. Jilbab adalah bagian dari identitas kami. Itu ada dalam keimanan dan perasaan kami," kata A. H. Almaas, seorang mahasiswi di Government Pre University College For Girls di Udupi, Karnataka, dilansir di Nikkei Asia, Senin (7/3/2022).
Almaas termasuk di antara gadis-gadis yang dilarang mengikuti ujiannya pada Senin karena dia ditolak masuk ke kampus. Namun, ia mengatakan kepada Nikkei Asia tentang tekadnya untuk mengubah aturan tersebut.
"Perjuangan kami benar dan konstitusional. Kami tidak bisa berkompromi. Kami akan berjuang sampai akhir, dan pada akhirnya kami akan menang," katanya.
Larangan hijab tersebut telah menuai kemarahan dari komunitas Muslim. Mereka menilai larangan hijab adalah serangan langsung atas hak-hak inti agama mereka.