Kontroversi semakin membesar karena semakin banyak perguruan tinggi yang melarang jilbab di kampus setelah mahasiswa Hindu, yang didukung oleh kelompok-kelompok ekstremis, mulai mengenakan syal dan selendang berwarna jingga, simbol yang diasosiasikan dengan nasionalisme Hindu. Mereka juga melakukan aksi protes dengan kekerasan menentang hijab.
Seorang aktivis di New Delhi, Nabiya Khan, mengatakan kontroversi seputar jilbab mencerminkan tumbuhnya Islamofobia di India. "Mereka mengejar simbol kemusliman kita satu per satu. Hari ini mereka keberatan dengan hijab, besok mereka akan menolak keyakinan kami tanpa dalih apa pun," katanya.
Anggota kelompok yang memimpin perlawanan terhadap larangan tersebut, Hajra Shifa (18 tahun), juga menegaskan agar otoritas di India memberikan hak mereka. Menurutnya, hal itu bukan hanya tentang mereka, tetapi perjuangan untuk setiap gadis Muslim di India.
"Konstitusi India memberi kita semua hak, hak atas kebebasan, hak atas kesetaraan, hak atas pendidikan dan hak beragama. Saya tidak tahu mengapa perguruan tinggi menghentikan kami dari menjalankan hak kami," ujar Shifa.
Dia adalah salah satu pemohon yang telah mengajukan kasus jilbab ini ke pengadilan tinggi negara bagian, dengan alasan para siswa harus diizinkan untuk mengenakan jilbab. Sebuah panel yang terdiri dari tiga hakim yang mendengarkan kasus tersebut mengeluarkan putusan sementara pada pertengahan Februari 2022 lalu yang melarang pakaian keagamaan di sekolah-sekolah sampai pengadilan memutuskan apakah mengenakan jilbab adalah hak agama yang mendasar di bawah konstitusi India.