Selasa 08 Mar 2022 05:15 WIB

Kontroversi Jilbab, Muslim India Khawatir Semakin Terpinggirkan

Muslimah India bertekad terus perjuangkan pemakaian jilbab di kampus.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
 Wanita Muslim mengenakan Niqab (cadar yang menutupi wajah kecuali area mata) berjalan di jalan di Bangalore, India, 16 Februari 2022. Pengadilan Tinggi Karnataka mendengar pada 16 Februari petisi yang menentang larangan jilbab di lembaga pendidikan karena perguruan tinggi pra-universitas dilarang. dibuka setelah ditutup selama seminggu, karena deretan hijab. India telah mengalami peningkatan jumlah kejahatan kebencian dan serangan terhadap Muslim, Kristen, dan Minoritas dalam beberapa bulan terakhir. Kontroversi Jilbab, Muslim India Khawatir Semakin Terpinggirkan
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Selama lebih dari dua bulan, ketegangan telah mencengkeram negara bagian Karnataka di India selatan, setelah sekolah dan perguruan tinggi di sana melarang siswi Muslim mengenakan jilbab di dalam kelas. Langkah tersebut kemudian menciptakan riak di seluruh negeri.

Kegaduhan terkait hijab ini juga datang di saat pemilihan kepala daerah tengah berlangsung di lima negara bagian di India. "Larangan jilbab tidak dapat diterima. Jilbab adalah bagian dari identitas kami. Itu ada dalam keimanan dan perasaan kami," kata A. H. Almaas, seorang mahasiswi di Government Pre University College For Girls di Udupi, Karnataka, dilansir di Nikkei Asia, Senin (7/3/2022).

Baca Juga

Almaas termasuk di antara gadis-gadis yang dilarang mengikuti ujiannya pada Senin karena dia ditolak masuk ke kampus. Namun, ia mengatakan kepada Nikkei Asia tentang tekadnya untuk mengubah aturan tersebut.

"Perjuangan kami benar dan konstitusional. Kami tidak bisa berkompromi. Kami akan berjuang sampai akhir, dan pada akhirnya kami akan menang," katanya.

Larangan hijab tersebut telah menuai kemarahan dari komunitas Muslim. Mereka menilai larangan hijab adalah serangan langsung atas hak-hak inti agama mereka.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement