REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Di dalam rumah yang minim penerangan, para pemuda Muslim berlutut dan berdoa dalam keheningan. Di luar, tetangga Korea mereka berkumpul dan menggelar aksi protes penolakan terhadap keberadaan “sarang teroris”.
Sekitar 150 Muslim, sebagian besar mahasiswa di Universitas Nasional Kyungpook, mulai membangun sebuah masjid di dekat rumah ibadah sementara mereka sekitar setahun yang lalu. Ketika tetangga Korea mereka tahu, mereka sangat marah.
Daegu merupakan sebuah kota di tenggara Korea Selatan yang padat penduduk tetapi tenang. Kini kota yang tenang itu tengah bergejolak menolak kehadiran muslim di sana. “Masjid itu akan mengubah lingkungan Daehyeon-dong menjadi daerah kantong Muslim dan daerah kumuh yang dipenuhi kejahatan,” tulis tetangga Korea di papan tanda dan spanduk protes.
“(Masjid) Itu akan membawa lebih banyak kebisingan dan bau makanan dari budaya asing, mengusir penduduk (asli) Korea,” tertulis dalam spanduk.
Mahasiswa Muslim melawan, dengan alasan bahwa mereka memiliki hak untuk hidup dan beribadah dalam damai di Daegu, salah satu kota paling konservatif secara politik di Korea Selatan. “Ada perbedaan antara protes dan pelecehan. Apa yang mereka lakukan adalah pelecehan,” kata mahasiswa ilmu komputer yang berasal dari Pakistan, Muaz Razaq (25) dilansir dari The New York Times, Jumat (4/3)