Kamis 17 Feb 2022 03:27 WIB

Di Balik Larangan Hijab di India

Hijab adalah masalah kebebasan fundamental yang mendasar

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Mahasiswa dari Universitas Karachi meneriakkan slogan-slogan menentang India setelah seorang gadis Muslim di negara bagian Karnataka ditolak masuk ke perguruan tinggi karena menentang larangan hijab negara bagian, di Karachi, Pakistan, 14 Februari 2022.
Foto:

Kini itu telah berubah menjadi masalah Hindu-Muslim, dengan mahasiswa Hindu mulai mengenakan syal safron di perguruan tinggi untuk menentang jilbab. Dari unggahan di di Twitter, kelompok supremasi Hindu di negara bagian utara Uttar Pradesh dan Madhya Pradesh telah memprotes hijab.

Hindutva (Hindu-ness), ideologi yang mendefinisikan budaya India dalam hal nilai-nilai Hindu, telah menimbulkan supremasi Hindu India selama beberapa dekade. Isu seputar hijab pertama kali dimulai pada akhir Desember ketika sekelompok pelajar perempuan Muslim dikeluarkan dari kelas mereka di sebuah perguruan tinggi di distrik Udupi karena mengenakan jilbab yang banyak dikenakan Muslim. 

Udupi, di tengah kontroversi yang sedang berlangsung, adalah sebuah distrik di wilayah pesisir Karnataka yang dianggap sebagai kubu BJP. Samar Halarnkar, seorang jurnalis senior yang berbasis di ibu kota negara bagian, Bengaluru, mengatakan pesisir Karnataka adalah sarangnya politik Hindutva dan tempat pembuktiannya.

Bulan lalu, majelis negara bagian Karnataka mengesahkan undang-undang yang secara efektif melarang konversi agama. Pemerintah BJP menuduh bahwa kelompok misionaris Kristen melakukan pemindahan agama secara paksa terhadap umat Hindu. Para pemimpin agama Kristen membantah tudingan tersebut.

Kongres, partai oposisi utama di negara bagian itu menyebut larangan jilbab sebagai langkah yang tidak manusiawi dan komunal. Mereka juga menuduh pemerintah menciptakan kontroversi untuk mendapatkan jarak tempuh politik sebelum pemilihan negara bagian yang akan datang tahun depan. 

"Kami telah mengenakan jilbab selama bertahun-tahun tanpa masalah, tetapi sekarang, masalah ini tiba-tiba diangkat oleh BJP dan kelompok Hindutva untuk meningkatkan ketegangan komunal," Kaneez Fatima, anggota Kongres dari Majelis Legislatif Karnataka.

Aktivis dan kelompok yang mendukung para perempuan yang memprotes hijab mengecam narasi kedua belah pihak yang dibangun oleh media untuk menggambarkan kesetaraan palsu. 

"Media yang mendukung kekuatan sayap kanan berusaha memperkuat narasi bahwa jika jilbab adalah hak kami maka selendang safron adalah hak mereka. Mereka membajak pertanyaan jilbab dengan selendang safron," kata aktivis Ladeeda Farzana.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement