REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) terus berupaya melakukan penguatan moderasi beragama selama tiga tahun terakhir. Ada beragam cara yang dilakukan, mulai dari penyusunan road map dan buku moderasi beragama, review kurikulum, diklat ASN, dialog hingga pagelaran seni.
Menggunakan pendekatan budaya dan seni, ASN Kankemenag Kabupaten Temanggung melakukan sosialisasi moderasi beragama melalui pagelaran ketoprak.
Gelaran tersebut dilaksanakan bersamaan dengan perayaan Hari Amal Bhakti (HAB) ke-76 Kementerian Agama. Untuk kali ini, Ketoprak Moderasi Beragama bertajuk “Berbeda Tetap Bisa Bersama” dilaksanakan.
“Ketoprak Moderasi Beragama menjadi bagian dari ikhtiar kami melestarikan budaya di Temanggung, sekaligus menjalin kebersamaan masyarakat dan menguatkan kerukunan,” ucap Kepala Kankemenag Temanggung, Ahmad Muhdzir, dikutip dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (11/2/2022).
Acara lakon tersebut dimainkan ASN dari lingkungan Kemenag Temanggung, baik yang menjabat sebagai PNS maupun Non PNS, termasuk dirinya yang berperan sebagai Bupati Djojonegoro.
Gelaran ketoprak Moderasi Beragama ini berkisah tentang sejarah berdirinya Masjid Agung Darussalam. Dalam proses pendiriannya, dilakukan musyawarah yang melibatkan seluruh elemen agama.
“Rangkaian cerita ketoprak ini memberi pesan tentang pentingnya melestarikan keberagaman. Masyarakat kembali diingatkan melalui tradisi bahwa berbeda tidak mengharuskan perpecahan,” ujar dia.
Lebih lanjut, Muhdzir mengaku memilih ketoprak sebagai strategi dalam menyosialiasikan penguatan moderasi beragama dan kerukunan, karena sesuai dengan konteks masyarakat di daerahnya.
Selain itu, ketoprak ke depannya juga akan menjadi sarana sosialisasi layanan Kemenag sesuai dengan tema HAB ke-76, Transformasi Layanan Umat.
“Gelaran Ketoprak Moderasi Beragama ini disiarkan juga melalui TV Temanggung sebanyak tiga seri dalam durasi dua jam,” lanjutnya.
Ikhtiar lain yang dilakukan Kemenag Temanggung dalam merajut dan merawat keberagaman umat adalah melalui kegiatan Pelita atau penyuluh lintas agama. Kegiatan ini antara lain dengan doa bersama dan bakti sosial.
Saat puncak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, ASN Muslim bersama penyuluh agama Islam disebut menggelar istighatsah sepekan penuh secara daring. Sementara untuk ASN dari agama-agama lainnya, melakukan kegiatan doa bersama secara terjadwal.