REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sekretaris Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme (BPET) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Wachidah Ridwan mengatakan, partisipasi masyarakat terhadap pencegahan ekstrimisme dan terorisme masih rendah. Untuk itu pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) perlu meningkatannya masyarakat melalu ormas-ormas Islam.
"Data yang saya punya dari 2002 saat bom Bali terjadi sampai 2015 itu partisipasi kita sangat sedikit," kata Wachidah Ridwan saat menjadi pemateri dalam halakoh kebangkasaan yang digelar BPET MUI, kemarin.
Selama ini, kata dia, kita telah merasa bahwa sudah banyak kegiatan yang dilakukan agar dapat mencegah tindakan-tindak ekstrimisme dan terorisme. Rendahnya partisipasi masyarakat, maka akan meningkatkan ancaman ekstrimisme dan terorisme.
"Itu sporadis, kelihatannya banyak, kuantitasnya banyak tetapi itu sebenarnya hanya 0,7 persen dalam perkembangannya pertahun. Kecil sekali pertisipasi kita, jadi kalau masih rendah banyak sekali ancaman," ujarnya.
Wachidah mengatakan, telah menyampaikan dalam rapat pimpinan kemarin, jangan bangga dan senang, ketika BNPT membua rilis akhir tahun kemarin bahwa tindak kekerasan terorisme itu menurun. Karena secara substansi ancamanya terhadap terorisme itu justru malah meningkat.
"Esensial, dia mengkristal dan itu jauh lebih berbahaya di waktu yang akan datang," katanya.
Menurutnya, jika melihat hasil penelitiannya, maka sampai tahun 2030 ancaman ekstrimisme dan terorisme akan terus mengintai seluruh penduduk Indonesia. Untuk itu partisipasi masyarakat terhadap pencegahan ekstrimisme dan terorisme perlu terus ditingkatkan.
"Misalkan dinamika masalah pencegahan terorisme, ekstrimisme itu tidak begitu banyak berubah dengan situasi yang sama seperti saat ini, maksudnya partisipasi sangat kecil maka kemungkinan besar ancaman terhadap ekstrimisme dan terorisme itu terus ada," kataya.
Jika partisipasi masyarakat ini tidak meningkat, maka hal ini dapat membahayakan kondisi kemaan negara. Karena pola ancaman ekstrimisme dan terorisme akan terus berubah-ubah menyesuaikan keadaan dan situasi.
"Dan bahkan semakin membahayakan karena dia kan bermetamorfosis kebentuk yang lain. Bisa jadi, pengeboman penyerangan ini berubah-rubah," katanya.