Keesokan pagi, sesudah sholat Idul Adha, banyak warga di sekitar rumahnya mengikuti rangkaian acara potong hewan kurban. Anaknya, walaupun tidak beragama Islam, tidak ketinggalan untuk menyaksikan kegiatan islami tersebut.
Erik kemudian menjemput anaknya untuk pulang bersamaan dengan proses penyembelihan sapi dan kambing di halaman masjid. Entah mengapa, sesampainya di lokasi dia sendiri justru tertarik melihat orangorang Islam berkurban.
"Untuk apa orang Islam repot-repot menyembelih hewan kemudian dibagikan ke orang lain? Bahkan, kadang diri sendirinya saja tidak kebagian. Mengapa tidak lebih baik memeliharanya dan biarkan berkembang biak kemudian menghasilkan uang?," tanya Erik dalam hatinya saat itu.
Ketika itu, dirinya memperhatikan dengan saksama. Petugas yang menyembelih hewan-hewan itu ternyata mengucapkan kalimat islami yang belakangan diketahuinya sebagai takbir dan basmalah sesaat sebelum melaksanakan tugasnya.
Tiba-tiba, Erik teringat, ritual untuk memuji Tuhan se belum menyembelih memang merupakan salah satu ajaran Nabi Ibrahim. Itu termuat dalam kitab agamanya kala itu. Maka, dia pun bertanya-tanya, me nga pa agamanya tidak menjalankan hal ini juga.
Hari beranjak sore. Di rumah, saudara istrinya yang Muslim menelepon karena ingin mengambil daging kurban yang dibagikan pihak takmir masjid di dekat rumah.
Baca juga : Selesai Sholat, Ini Dzikir-Dzikir yang Disunnahkan
Sesampainya di sana, Erik ingin menyapa para keponakannya. Ternyata, mereka sedang mengaji dengan Ustaz Rizal, yang sebenarnya terhitung masih kerabatnya.
Erik pun ingin menguji sang ustadz dengan ilmu agama yang dimilikinya. Sebab, bagaimanapun, dia adalah seorang misionaris sehingga merasa tahu celah-celah opini untuk mempertanyakan Islam.
Saat berbincang, justru Erik-lah yang tertegun begitu ditanya tentang Nabi Muhammad SAW dan Allah Yang Maha-Esa. Keterangan tentang Allah dan Rasulullah SAW ternyata juga ada dalam kitab suci agamanya. Lantas, Ustaz Rizal memberikan kepadanya buku Juz Amma. Dibukanya halaman yang memuat surah al-Ikhlash beserta terjemahan.
"Saya begitu haru ketika membaca (terjemahan) ayat demi ayat surah al-Ikhlash. Saat itu juga, saya memutuskan untuk memeluk Islam," tuturnya. Kepada Ustadz Rizal, dirinya bertanya cara menjadi Muslim.
Mubaligh itu masih merasa khawatir apabila ke inginannya berislam hanya didorong luapan emosi sesaat. Untuk itu, lelaki yang pernah memurtadkan sejumlah orang itu diajaknya mengunjungi Pondok Pesantren Ibnu Hajar di Buah Batu, Bandung.
Setelah berjumpa dan menyampaikan duduk perkara kepada Kiai Apad Ruslan, sang pengasuh ponpes tersebut, maka digelarlah proses ikrar syahadat. Untuk pertama kalinya, Erik melafalkan kalimat mulia: Asyhaduan laa ilaaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah.
Dia tidak sendirian. Tepat pada 10 Zulhijjah 1440 H itu, istrinya pun meng ucapkan dua kalimat syahadat. Barulah pada 12 Oktober 2018, keduanya secara resmi mendaftarkan keterangan berislam di kantor urusan agama terdekat
Tetap bersabar
Kabar keislamannya cepat beredar. Erik dan istrinya menyadari, cepat atau lambat akan ada perubahan drastis pada hidup mereka. Namun, keduanya tetap bersabar dalam iman dan Islam.
Ujian pertama yang dihadapi pasangan suami istri ini adalah diambilnya nyaris semua harta benda. Sebab, selama ini pelbagai fasilitas materi mengalir, diberikan dari pihak tempat ibadah agama lamanya.
Baca juga: Gus Baha: Dulu Orang Berkorban untuk Negara, Kini Malah Meminta
Semua hak-hak kepemilikan harta benda dicabut. Rumah dan kendaraan semua harus dilepas. Begitu pu la pekerjaan Erik dahulu, yakni profesi sebagai penyiar misi agama non-Islam.
Ujian lainnya datang dari pihak keluarga. Ibunya amat kecewa Erik menjadi seorang Muslim. Bahkan, sang ibu sempat mengancamnya jika tidak kembali ke agama lama. Termasuk dalam ancaman ini, dirinya tidak lagi berhak akan harta warisan.
Bagaimanapun, Erik tetap berlapang dada. Dia selalu bersyukur dengan keadaannya pasca-berislam. Sebagai hunian, keluarga kecilnya menempati sebuah rumah kontrakan.