Rabu 22 Dec 2021 18:50 WIB

Rumi tidak Bisa Dilepaskan dari Identitas Muslimnya

Ada persepsi yang berbeda tentang Rumi dan karyanya.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
ada persepsi yang berbeda tentang Rumi dan karyanya. Foto:  Jalaluddin Ar-Rumi (ilustrasi).
Foto: Blogpspot.com
ada persepsi yang berbeda tentang Rumi dan karyanya. Foto: Jalaluddin Ar-Rumi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, DURHAM -- Profesor Studi Islam di Duke University, Omid Safi, melakukan wawancara eksklusif dengan Anadolu Agency (AA). Ia menjawab pertanyaan tentang karya Mevlana Jalaladdin Rumi dan bagaimana persepsi mereka saat ini.

Karya berjudul Masnavi secara historis disebut sebagai Alquran dalam bahasa Persia. Safi menyebut hal ini sebagai tanda betapa penuhnya referensi Alquran terkait esensi karya Rumi.

Baca Juga

"Ini adalah salah satu karya besar sastra Islam, yang ditulis oleh Mevlana Jalaladdin Rumi, yang disebut sebagai 'keturunan jiwa Nabi'. Pesan utamanya adalah membawa umat manusia dari keadaan lupa dan kehancuran menuju penyembuhan, keutuhan dan menjadi 'Insan-e Kamil', manusia yang lengkap," ujar dia dikutip di Daily Sabah, Selasa (21/12).

Masnavi merupakan sebuah puisi yang memiliki lebih dari 50.000 baris. Karya ini dianggap sebagai salah satu karya tasawuf dan sastra Persia yang paling berpengaruh.

Safi berpendapat, ada persepsi yang berbeda tentang Rumi dan karyanya ketika membaca dia di Barat atau Timur. “Tentu saja ada banyak persepsi tentang Rumi di Barat dan banyak di Timur. Secara keseluruhan, persepsi Barat tentang Rumi menempatkannya dalam tradisi spiritualitas individual dan pencarian 'kebahagiaan'. Pendekatan Timur terkadang menjangkaunya melalui pendekatan sufi lain dan ajaran Islam yang lebih luas,” katanya.

Mengomentari popularitas Rumi di banyak bidang kehidupan di Barat, Safi berpendapat modernitas telah menjanjikan banyak hal dan hanya memberikan sedikit dalam hal kegembiraan, keutuhan dan harmoni yang sebenarnya di dunia. "Orang-orang tahu, di suatu tempat di hati mereka sendiri, cara mereka hidup tidak berhubungan, tidak harmonis, dan mereka meminta jawaban dari Rumi," lanjut dia.

Dia menambahkan, terlepas dari identitas Muslim Rumi, karyanya telah disekularisasi, terlepas dari keterkaitannya yang mendalam dengan Islam sebagai seorang filsuf Muslim. Banyak penerjemah Rumi Barat meremehkan kemuslimannya dan hubungannya yang mendalam dengan Islam. Kadang-kadang, hal ini terjadi karena Islamofobia yang terang-terangan.

Bahkan, terkadang hal ini dilakukan melalui kesan yang salah, dimana untuk membuat Rumi lebih universal, mereka harus mengeluarkannya dari konteks tertentu. Yang cukup menarik, mereka tidak membuat klaim yang sama untuk Shakespeare, Tao Te Ching atau Da Vinci.

Safi juga mengomentari konsep "cinta diri", "mistisisme" serta aplikasi meditasi, misalnya, yang digunakan orang belakangan ini, dan bagaimana mereka menemukan karya Rumi. “Yang tentang cinta diri yang tidak mengatakan apa-apa tentang Tuhan tidak mungkin bermanfaat. Ingatlah bahwa bagi Rumi, diri pada akhirnya adalah sesuatu yang harus diubah dan bukan saluran utama cinta. Untuk cinta sejati, cinta radikal, sebagaimana saya lebih suka menyebutnya Eshq (Turki: Aşk), kita harus melihat kepada Tuhan,” ucap Safi.  

Sumber:

https://www.dailysabah.com/turkey/rumi-cannot-be-detached-from-his-muslim-identity-expert-says/news

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement