Rabu 22 Dec 2021 05:55 WIB

Mualaf Sulthon, Murtad dan Kembali Bersyahadat: Saya Rindu Islam

Mualaf Sulthon sangat terkesan dengan makna tauhid

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Sulthon sangat terkesan dengan makna tauhid.
Foto:

Tiga tahun sudah dirinya menekuni bidang perbandingan agama. Memasuki tahun 2005, ia menyadari, ajaran Islam sangatlah logis. Kebenaran nyata ada di dalamnya, terutama pada aspek tauhid. Saya tidak menemukan satu kesalahan pun dalam Alquran,ucapnya mengingat lagi momen itu.

Rupanya, masih perlu waktu beberapa tahun lagi baginya. Hingga pada suatu hari di tahun 2008, Anton sedang berjalan-jalan sendirian di sebuah kompleks perumahan di Malang. Tiba-tiba, pada petang itu azan berkumandang dari arah masjid.

Entah mengapa, pikirannya hanyut memikirkan makna semua kalimat yang diucapkan sang muazin. Tentu, ia memahami arti teks azan karena pengetahuannya akan baha sa Arab. Setelah azan usai, seperti tak terasa langkah kakinya mengarah ke masjid terse but. Tepat pada 28 November 2008, Anton mengucapkan dua kalimat syahadat di Masjid al-Haq, Malang.

Bersyukur

Sejak kembali menjadi Muslim, Antonme milih nama baru baginya, yakni Muhammad Sulthon Abdullah. Ia mengaku, tidak sulit untuk beradaptasi lagi dengan ajaran agama tauhid. Yang selalu disyukurinya ialah, Allah SWT masih memberikannya jatah usia untuk kembali memeluk Islam.

Yang juga membuatnya bahagia, ternyata kedua orang tua angkatnya turut menjadi mualaf. Hingga kini silaturahim terus terjaga antara dirinya dan mereka.

Anton memutuskan untuk hijrah dari Jawa Timur ke Ibu Kota. Di Jakarta, ia terus berupaya hidup mandiri. Tidak hanya sibuk bekerja mencari nafkah. Dirinya selalu mengalokasikan waktu untuk turut dalam geliat dakwah, khususnya yang menyasar kalangan mualaf.

Warga Bintaro, Tangerang Selatan, ini terus aktif di berbagai komunitas Islam. Di anta ranya ialah, Forum Masjid Bintaro Jaya dan Sekitarnya (FORSIL MBS), Forum Masjid dan Musholla Bumi Serpong Damai (FM MB), dan Majelis Masjid az-Zikra Gunung Sindur.

Baca juga : Ke Lampung, Jokowi Buka Muktamar NU

Sempat pula lelaki ini bergiat di Pesan tren Mualaf Dompet Dhuafa (DD), yakni antara tahun 2018-2019. Namun, pandemi Covid-19 membuatnya tidak bisa lagi me ne ruskan keaktifannya di sana. Organisasi DD cukup berkesan baginya. Sebab, di sanalah dir inya menemukan jodoh. Bersama dengan istrinya, ia kini telah dikaruniai satu orang anak.

Kini bersama rekan-rekanya saling bahu membahu membina para mualaf terutama bersama Ko Aziz Loe sang pendiri TMI (Tionghoa Muslim Indonesia ), juga terkadang safari dakwah bersama Ko Aziz Loe. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement