Selasa 21 Dec 2021 23:47 WIB

Kiai Cholil: Orang Baik Jangan Diam di Medsos

Kiai Cholil mengingatkan pentingnya etika dalam medsos

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis, mengingatkan untuk gunakan etika dalam media sosial.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis, mengingatkan untuk gunakan etika dalam media sosial.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –  Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis, mengimbau umat untuk tetap bijak dalam bersosial media (medsos). Tujuannya untuk menjaga diri dari berita hoaks yang beredar. 

Kiai Cholil mengatakan, mudahnya akses informasi di berbagai platform media sosial mengakibatkan orang hanya percaya dengan apa yang dibenarkan oleh pikirannya sendiri. Karakter orang yang belum bijak dalam bersosial media memiliki kecenderungan langsung menghakimi saat hanya mengetahui judul atau sebuah informasi.  

Baca Juga

"Lebih buruk lagi, seketika itu juga berita tersebut di-share kepada orang lain di sosial media yang dimilikinya, tanpa memvalidasi apakah berita tersebut berasal dari sumber terpercaya," kata Kiai Cholil, dilansir dari laman resmi MUI, Selasa (21/12). 

Kiai Cholil mengatakan, saat hoaks dipercaya oleh publik figur seperti para dai dan influencer, maka akan menambah kecepatan sebaran hoaksnya. Kecepatan penyebaran hoaks itu karena branding dari publik figur itu sendiri. 

Oleh sebab itu, MUI merespons penyebaran hoaks tersebut dengan mengadakan pembinaan baik secara online maupun offline. 

Ia menyampaikan, upaya pembinaan offline yang dilakukan yaitu dengan mengumpulkan MUI tingkat kabupaten/ kota bersama Dewan Masjid Indonesia (DMI) di kabupaten/ kota untuk meramaikan informasi yang benar pada platform media sosial. 

Kiai Cholil kemudian menyinggung masifnya hoaks terkait pandemi Covid-19. Informasi yang disebar mulai dari vaksinasi, protokol kesehatan hingga penyebaran virus, agar dapat dikonsumsi dan diterima oleh masyarakat secara langsung. 

"Demikian juga di media sosial, kita lakukan hal yang sama. Jangan sampai orang baik juga mengerti informasi yang benar malah diam dan mengalah. Kita harus ikut serta terlibat langsung di dalam penyebaran informasi di era post truth ini," ujar Kiai Cholil. 

Kiai Cholil mengatakan, dakwah bil hal yang dilakukan tidak hanya sekadar pemberdayaan masyarakat melalui forum, pelatihan, pondok pesantren ataupun majelis saja. Akan tetapi harus didakwahkan dan disiarkan atau diviralkan melalui media sosial yang dimiliki. 

Menurutnya, perlunya dakwah bil hal karena bahaya dari seseorang yang terkena informasi hoaks akan lebih mudah memberikan persepsi yang salah, kepanikan hingga frustasi.

"Adapun solusi untuk menjangkau masyarakat yang tidak mempunyai teknologi adalah dengan mengirimkan dai. Karenanya dengan standarisasi dai yang digalakkan MUI telah sampai pada angkatan ke-9 dengan 800 dai," jelasnya.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement