REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf optimististis perdamaian dunia bisa terwujud di tengah ketegangan global yang kian kompleks. KH Yahya menilai, konsensus Islam melalui spirit Islam rahmatan lil alamin yang mengandung nilai-nilai kemanusian kuat serta sangat universal sangat efektif dan kontributif dalam penciptaan perdamaian tersebut.
“Dunia bisa memilih jalan ini. Jika jalan ini menjadi konsensus sosial, aspirasi fundamental dari seluruh masyarakat maka ini bisa menjadi penentu tiap pemerintah atau negara dalam pergaulan di internasional,” ujar Gus Yahya, panggilan akrab KH Yahya di Jakarta, Sabtu (11/12).
Pandangan Gus Yahya soal Islam rahmatan lil alamin (Islam untuk seluruh alam semesta) ini disampaikan pada International Conference on Islam and Human Rights (ISIHR), Jumat (10/12). Konferensi yang digelar oleh Kementerian Agama bekerja sama dengan Komnas HAM ini mengusung tema ‘Islam dan Hak Asasi Manusia’.
Menurut Gus Yahya, perdamaian dunia sangat bisa terwujud karena pada hakikatnya setiap manusia memiliki keinginan untuk hidup dalam penuh kedamaian. Kesamaan tujuan kolektif itu hanya bisa terbentuk jika setiap orang juga memiliki kesadaran untuk saling menjunjung tinggi hak asasi manusia. Sifat hak asasi ini sangatlah global sehingga bisa menembus berbagai latar belakang, kewilayahan hingga kepentingan.
Melalui organisasi kemasyarakatan Islam Nahdlatul Ulama (NU), Gus Yahya juga mengaku, tak henti mengampanyekan nilai-nilai hak asasi manusia yang sangat universal itu baik di level masyarakat bawah hingga dunia internasional. Model perdamaian Islam rahmatan lil alamin yang diusung NU, tandas Gus Yahya, terbukti sangat relevan untuk membangun konsensus sosial di berbagai wilayah.
“Saya selalu berupaya mengajak atau memperkuat gerakan perdamaian di tingkat akar rumput hingga membentuk konsensus sosial. Saya yakin itu bisa karena semua orang mau hidup dalam perdamaian,” terang pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah ini.
Gus Yahya mengungkapkan, NU memiliki komitmen besar untuk membangun perdamaian lewat gerakan Islam washatiyah (moderat) dalam kerangka menuju peradaban dunia yang lebih baik dan bermartabat. Upaya besar NU antara lain dikuatkan melalui teologi ukhuwah basyariah yang pernah dicetuskan oleh KH Achmad Siddiq pada 1984. Ikhtiar ini terus diperkokoh antara lain lewat Deklarasi Nahdlatul Ulama pada event International Summit of Moderate Islamic Leader (ISOMIL) pada 2016.
Setahun berikutnya, NU juga mengajak dunia mengakhiri segala konflik lewat Deklarasi Islam untuk Kemanusiaan dilanjutkan Manifesto Nusantara pada 2018. Pada 2019, NU juga menggelar Bahtsul Masail Musyawarah Nasional Alim Ulama di Kota Banjar.