REPUBLIKA.CO.ID, BOHONIKI -- Komunitas Muslim di desa Bohoniki, Polandia telah mulai memasak makanan untuk tentara dan perwira Polandia yang aktif melindungi perbatasan. Menurut tabloid Polandia Fakt, setiap hari, umat Islam menyiapkan 300 porsi sup hangat yang kemudian dikirim ke perbatasan di Kuźnica.
Dilansir dari Remix News, Rabu (24/11), pada Senin, empat wanita menawarkan bantuan memasak dan memberi makanan kepada siapa pun yang membutuhkan. Apalagi ternyata tidak hanya umat Islam saja yang ikut dalam kegiatan memasak tersebut. Mereka juga dibantu oleh seorang wanita Katolik.
Sup dibuat dari produk-produk yang disumbangkan oleh masyarakat setempat, sekolah, dan perorangan. “Tentara berdiri di persimpangan jalan di kota kami baru-baru ini. Kami punya sup, jadi saya memberi tahu teman saya, 'Ayo, mari kita pergi dan mengambil makanan hangat untuk melakukannya.' Para prajurit mengatakan mereka belum pernah melihat orang baik seperti itu,” kata salah satu wanita.
Penyelenggara seluruh operasi, Ketua Komunitas Ibadah Muslim Bohoniki, Maciej Szczęsnowicz menjelaskan mengapa komunitas memutuskan membuat sikap seperti itu terhadap tentara Polandia. Mereka ingin membantu kedua belah pihak, baik migran maupun tentara yang kesulitan.
“Inisiatif pertama kami adalah membantu para migran, tetapi kami juga ingin melakukan sesuatu untuk para tentara. Kami ingin menunjukkan sebagai Muslim Polandia, kami telah berada di sini selama ratusan tahun, dan kami menunjukkan solidaritas dengan kedua belah pihak. Kami ingin membantu kedua belah pihak,” katanya.
Szczęsnowicz menambahkan dia adalah satu-satunya yang memiliki izin masuk ke wilayah yang saat ini dalam keadaan darurat, jadi dia secara pribadi bertanggung jawab untuk mengantarkan makanan. Dia juga mengakui dia bekerja lembur ekstrem, hampir 24 jam sehari.
Komunitas kecil Muslim Sunni Lipka Tatar tercatat telah tinggal di Polandia Timur selama lebih dari 600 tahun. Masalah di perbatasan Belarusia dan Polandia kini menjadi pusat krisis baru di Eropa yang bahkan dikhawatirkan bisa terjadi konflik senjata di wilayah tersebut.
Konflik ini terjadi setelah Belarusia, yang didukung Rusia, dianggap membiarkan ribuan migran melintasi wilayahnya dan dengan sengaja membiarkan mereka mencoba melintasi perbatasan Polandia menuju Eropa. Pengungsi berasal dari sejumlah wilayah Timur Tengah, Afghanistan hingga Afrika.