REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dea Alvi Soraya, Kiki Sakinah
NEW DELHI -- Menurut survei LSM Oxfam India, 33 persen Muslim di India mengaku mengalami diskriminasi di rumah sakit karena alasan agama mereka. Survei tersebut diikuti oleh sekitar 3.890 orang dari 28 negara bagian dan lima Wilayah Persatuan.
Diskriminasi layanan kesehatan juga dialami oleh 22 persen responden dari suku terdaftar, 21 persen dari kasta terdaftar, dan 15 persen dari golongan terbelakang. Survei tersebut bertujuan menilai sejauh mana penerapan Piagam Hak Pasien yang disusun oleh Komnas HAM pada 2018. Data untuk survei dikumpulkan dari Februari hingga April 2021.
Pada Juni 2019, sekretaris persatuan kesehatan menulis kepada semua negara bagian dan Wilayah Persatuan, mendesak mereka menerapkan piagam tersebut. Pemimpin Kesetaraan, Kesehatan dan Pendidikan di Oxfam India Anjela Taneja mengatakan praktisi medis menyerap bias yang sama dengan masyarakat lainnya. Bias ini terkadang tercermin dalam cara mereka berinteraksi dengan pasien.
“Diskriminasi masih nyata sehingga dokter terkadang enggan memegang tangan orang Dalit, salah satu kasta di India, untuk memeriksa denyut nadinya,” kata Taneja yang memimpin tim survei.
Demikian pula, dokter mungkin enggan menjelaskan sifat penyakit dan perawatan kepada Adivasis, penduduk asli benua India, karena menganggap mereka tidak mungkin memahami informasi tersebut. Taneja juga berbicara tentang kampanye yang menyasar umat Islam setelah pergelaran Tabligh di masa-masa awal pandemi Covid-19.