Roti itu hanya akan dimakan pada malam hari. Sedangkan untuk sarapan, keluarganya hanya bisa meminum teh tanpa roti di rumahnya yang hanya sebuah tenda.
Hal senada juga diungkapkan oleh Farida Shahzade, seorang janda yang ikut mengantre di depan toko roti. Farida hanyalah seorang juru masak di sekolah di dekat rumahnya, namun upahnya sebagai juru masak tidak cukup untuk membayar sewa dan kebutuhan sekolah anak-anaknya.
"Saya tinggal di Kabul. Saya memiliki enam anak dan tidak memiliki suami," kata Shahzade kepada Anadolu Agency.
Matinullah Safiyi, seorang pembuat roti di kota itu, mengatakan jumlah orang yang menunggu roti di depan toko rotinya semakin meningkat dari hari ke hari. Dia memberikan sekitar 50 sampai 60 roti kepada orang-orang yang mengantre untuk mendapatkan rotinya itu. Apa yang terjadi di depan toko rotinya ini, menurut Safiyi, mencerminkan situasi saat ini di Afghanistan.
"Jumlah orang-orang ini telah meningkat selama tiga bulan terakhir," ungkapnya.