REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alkhaledi Kurnialam
DUBAI -- Satwa endemik daratan Arab, oryx sebenarnya diduga telah punah lebih dari empat dekade lalu. Namun, hari ini, berkat upaya yang dipelopori Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), para ahli mengklaim mampu mengembalikannya dan menjadi salah satu kisah sukses konservasi terbesar di dunia.
Dilansir dari Arab News, pada awal 1970-an, oryx dianggap punah karena perburuan liar. Namun, sekarang mereka tidak hanya kembali dari tepi jurang kepunahan.
Pada 2011, Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) mengklasifikasikannya kembali menjadi "rentan" dari "terancam punah." Hal ini menjadi spesies pertama yang pernah tercatat sebagai "punah di alam liar" menjadi status "rentan."
Sekarang diperkirakan ada 1.220 oryx di Semenanjung Arab, selain antara 6.000 dan 7.000 di semi-penangkaran. Para ahli di IUCN telah mengungkapkan oryx atau kijang arab dapat ditingkatkan ke tingkat lain dalam daftarnya dalam beberapa tahun, menjadi "hampir terancam". Hal ini berkat program pemuliaan regional dan inisiatif reintroduksi di Kerajaan, UEA, dan Teluk yang lebih luas.
“Sekitar 40 tahun yang lalu, kijang Arab secara resmi punah di alam liar, yang berarti tidak ada satu pun dari hewan ini yang tersisa di alam liar, hanya mereka yang di penangkaran atau koleksi pribadi,” kata co-chair dari Kelompok Spesialis Antelope dari Komisi Kelangsungan Hidup Spesies IUCN David Mallon.
“Sayangnya, kami tidak memiliki banyak informasi rinci tentang masa lalu. Kami baru saja mendapat banyak laporan anekdot tentang oryx, dan sejauh yang kami tahu spesies ini sangat tersebar luas di seluruh Semenanjung Arab. Di Utara sampai ke Irak dan Kuwait, Suriah di Barat Laut dan kemudian Yaman, Arab Saudi, Oman dan UEA di Selatan,” tambahnya.
Jumlah mereka menurun dengan cepat. Pada 1950 dan populasi di wilayah Utara telah menghilang.