Rabu 03 Nov 2021 05:45 WIB

Terpikat Sholat Menjadi Alasan Mualaf Sari Sukma Masuk Islam

Sari Sukma Dewi mengagumi gerakan dan bacaan sholat

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Sari Sukma Dewi mengagumi gerakan dan bacaan sholat. Sari Sukma Dewi
Foto:

Sejak melihat sekelompok ibu-ibu sholat , Dewi pun tertarik mempelajari dan bahkan menghafalkan bacaan doa ibadah itu. Pada akhirnya, ia senang belajar membaca Alquran. Semua itu mengantarkan hatinya untuk mantap memeluk Islam. 

Ya, niatnya sudah bulat untuk berislam. Maka, pada April 1994, ia untuk pertama kalinya mengucapkan dua kalimat syahadat. Rukun Islam pertama itu dilakukannya di hadapan seorang ustaz dan beberapa orang saksi yang diundangnya ke rumah. 

Setelah peristiwa mengharukan itu, ia semakin bersemangat untuk mendalami ajaran Islam. Atas saran beberapa temannya, Dewi pun memilih untuk mengganti pengajarnya dengan seorang ustadzah. Itu untuk menghindari fitnah karena dirinya mengaji secara privat. Selama setahun, mualaf ini lancar mengaji. Membaca Alquran pun dilakukannya sesuai dengan kaidah tajwid. 

Kemudian, Dewi mulai belajar mengaji ke beberapa taklim. Hingga, satu ketika, ia tertarik untuk menuntut ilmu di sebuah pondok pesantren, Manbaul Ulum, di Bogor, Jawa Barat. Ia juga mengikuti kajian tasawuf, seperti yang diadakan Tarekat Naqsyabandiyah di Tasikmalaya setiap tanggal 11 bulan Hijriyah. 

"Tarekat mengajarkan kita salah satunya adalah pentingnya berzikir. Saya merasa lebih tawadhu dan tak lagi begitu terlalu berpikir hal-hal duniawi," ujar dia.  

Setelah Dewi menjadi Muslim, tentu hal itu diketahui keluarga. Namun, anak dan orang tuanya tidak mempermasalahkan hal ter sebut. Ia bersyukur, ayah dan ibunya memiliki pemikiran yang terbuka. Tidak pernah memaksakan bahwa dalam satu rumah haruslah seagama semua. Menurut mereka, agama apa pun silakan diikuti asalkan dirinya bertanggung jawab dengan pilihan sendiri. 

Bahkan, ayahnya mengoleksi kaligrafi ayat-ayat Alquran atau Asmaul Husna walau tidak bisa membaca tulisan berbahasa Arab.Setelah bapaknya wafat, karya-karya seni itu diwariskan kepada Dewi. 

Baca juag : 9 Langkah yang Disarankan untuk Raih Keutamaan Alquran

Hidayah Ilahi memang tidak sempat menerangi hingga sang ayah meninggal.Tidak demikian halnya dengan seorang putra Dewi. Bersyukur, anaknya itu kini telah menjadi Muslim. Hanya tiga anak lainnya yang tetap mengikut agama lamanya. 

“Anak laki-laki saya dengan kesadaran sendiri memeluk Islam, itu sejak dirinya masih kelas SD. Dia meminta dikhitan dan bersyahadat usai dikhitan,” terangnya.

 

Meski berbeda agama, hubungan dengan orang tua, saudara, dan anak-anak tetap terjalin dengan baik dan hangat. Ketika hari besar, misalnya, Dewi tetap berkunjung ke rumah kedua orang tuanya. Mereka menghabiskan waktu bersama untuk mempererat rasa kekeluargaan.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement