REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Para pembicara yang menggunakan platform media sosial untuk menyampaikan ceramah agama atau dakwah diingatkan untuk melatih mindfulness (kesadaran penuh), dan memiliki disiplin ilmu.
Direktur Jenderal Departemen Pengembangan Islam Malaysia (Jakim) Datuk Abdul Aziz Jusoh mengatakan, meskipun keberadaan media seperti media sosial telah membawa dampak positif pada pendekatan dakwah dan berbagi pengetahuan, berbicara tentang isu-isu sensitif yang dapat menimbulkan kontroversi harus dihindari.
Dia mengungkapkan, pembicara harus mempertimbangkan realitas saat ini dan kapasitas intelektual masyarakat saat menyampaikan ceramah agama untuk menghindari polemik berkepanjangan.
"Hal ini untuk menghindari ucapan fitnah yang dapat menodai kesucian agama dan umat Islam itu sendiri.
Para pembicara juga didesak untuk mendapatkan kredensial dari otoritas agama di negara bagian masing-masing untuk memungkinkan mereka menyampaikan pembicaraan," kata Abdul Aziz dalam sebuah pernyataan, dilansir dari laman The Star pada Kamis (21/10).
"Semua pihak diingatkan untuk mematuhi ketentuan dan aturan yang ditetapkan untuk kepentingan semua," lanjutnya.