REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski dikenal sebagai Bapak Turki atau pencetus Republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk tak terlepas dari sosok yang konservatif, khsusnya bagi umat Islam. Selain sebagai penghancur Dinasti Ottoman, sosok Kemal juga dikenal mendukung modernisasi dan westernisasi di Turki.
Pada 29 Oktober 1923, Majelis Nasional Agung memproklamasikan Republik Turki dan memilih Kemal sebagai presiden pertama. Akademisi Halil Karaveli mengatakan dalam Why Turkey is Authoritarian: From Ataturk to Erdogan (2018), beberapa anggota parlemen tidak memberikan suara. Bahkan, sejumlah rekan dekat Kemal memiliki firasat Kemal akan menjadi diktator.
Beberapa dari mereka adalah kelompok liberal yang sangat menghormati institusi Inggris. Mereka keberatan adanya penghapusan kesultanan yang dilakukan Kemal.
Namun, Kemal mengabaikan mereka. Dia tidak mentoleransi oposisi dan mengirim kelompok liberal ke pengasingan.
Setahun kemudian, kekhalifahan, sumber utama otoritas keagamaan dihapuskan. Khalifah Abdulmecid dibawa dari istana kekaisaran dan dideportasi bersama anggota keluarganya.