Senin 18 Oct 2021 17:58 WIB

Tentang Isu Regenerasi Jelang Muktamar NU

Regenerasi menjadi salah satu isu hangat seputar Muktamar ke-34 NU

Regenerasi menjadi salah satu isu hangat seputar Muktamar ke-34 NU. Ilustrasi Muktamar NU
Foto:

Oleh : Freelance journalist, pemerhati isu sosial dan politik.

Portal NU Online bahkan sudah ada sejak kepengurusan era KH Hasyim Muzadi. Ketika penggunaan website mulai luntur dan lahir media sosial dengan sarana gawai, dakwah NU-pun turut menggunakannya, yaitu lahirnya kanal NU Chanel dan TV NU di Youtube, serta akun resmi, pribadi di Instagram, dan Twitter.  

Ingin melihat contoh lainnya? Perhatikan bagaimana NU Care LazisNU bertransformasi dan mampu bersaing dengan lembaga sejenis yang bahkan “telah mapan” lebih awal, dengan mampu menggalang dana umat hingga puluhan miliar rupiah dan menyalurkannya kembali untuk kemaslahatan Nahdliyin.

Atau lihat bagaimana NU kini mulai bisa lepas dari bayang-bayang Muhammadiyah di bidang pendidikan tinggi, yaitu telah berdirinya puluhan universitas di berbagai daerah di Indonesia.  

Lewat contoh di atas saya hanya ingin mengatakan, sebagai sosok “tua” yang memimpin NU, Kiai Said tidak menjadikan organisasinya ikut “tua” tanpa memiliki manfaat untuk umat, masyarakat, dan bangsa.

Sejak kepengurusannya di periode pertama regenerasi sudah dilakukan, yang dipertajam di periode kedua 2015 - 2020. Bukan tidak mungkin jika nantinya kembali terpilih untuk ketiga kalinya hal yang sama akan dipertahankan dan bahkan ditingkatkan, mengingat tantangan dakwah NU yang jelas semakin berat.  

Seberat dan sebesar apapun tantangan yang dihadapi, NU tetaplah NU, organisasi yang oleh sebagian kalangan masih dianggap “kuno”, meskipun sebenarnya modernisasi sudah dilakukan. Di kalangan Nahdliyin adalah istilah “NU adalah pesantren dan skala besar”.

Dan di pesantren generasi tua lebih diutamakan menduduki jabatan ketua/pengurus karena dibutuhkan dawuh dan teladannya. Ada pula budaya ewuh pakewuh yang kental, tidak ada keberanian kelompok muda mendesak yang tua lengser menanggalkan jabatannya. 

Saya ingin menutup artikel ini dengan kalimat bijak, “Menjadi tua itu sebuah keniscayaan. Yang terpenting bagaimana semakin tua menjadikan pribadi bertambah bijaksana.”

 

NU sudah terbukti membawa manfaat untuk keharmonisan hubungan antar-manusia di Indonesia dan dunia, dan untuk itu keutuhan dan kiprah NU harus dipertahankan, yang untuk itu dibutuhkan kebijaksanaan pemimpinnya.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement