REPUBLIKA.CO.ID, — Jalan yang ditempuh untuk menuju Allah SWT setidaknya ada empat. Siapapun yang mampu menempuh empat jalan tersebut akan termasuk orang-orang yang disebut dengan shiddiqin.
Mengutip Risalah al-Amin karya besar Imam Abu Hasan Asy Syadzili yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerbit TuROS, yang diberi judul “Risalah al-Amin: Wejangan yang Mengantarkan Kita Sampai Kepada-Nya”, dijelaskan bahwa Ibnu Katsir mengatakan, shiddiqin adalah orang yang jujur dalam imannya.
Kemudian, siapapun yang mampu menempuh tiga dari empat jalan tersebut, dia termasuk di dalam jajaran wali-wali Allah yang dekat dengan-Nya.
Siapapun yang mampu menempuh dua dari keempat jalan tersebut, dia termasuk dalam jajaran para syuhada yang bertakwa. Sedangkan orang yang hanya mampu menempuh satu dari keempat jalan tersebut, dia termasuk dalam jajaran hamba-hamba Allah yang saleh.
Imam As Syadzili, pendiri Tarekat Syadziliyah itu kemudian mengungkapkan keempat jalan yang dimaksud tersebut.
Pertama, zikir yang kemudian berlanjut menjadi amal saleh dan buahnya adalah cahaya. Kedua, merenung yang kemudian berkembang menjadi sabar dan buahnya adalah ilmu.
Ketiga, fakir yang kemudian berkembang menjadisyukur dan buahnya adalah semakin bersyukur. Sedangkan yang jalan yang keempat adalah cinta yang kemudian berkembang menjadi tidak larut dalam dunia dan seisinya, dan buahnya adalah sampai kepada yang dicintai.
Sangat banyak pembahasan menarik yang dijelaskan Imam as-Syadzili dalam karyanya ini. Di antaranya adalah pembahasan tentang enam pangkal keburukan dalam perspektif tasawuf. Menurut dia, pangkal keburukan itu ada enam.
Pertama, mengubah kehendak baik menjadi kehendak buruk. Kedua, mengubah ketergantungan kepada Allah menjadi kepada makhluk.
Ketiga, mengubah prasangka baik terhadap Allah dan kedermawanan-Nya menjadi prasangka buruk terhadap-Nya dan Rasul-Nya.
Keempat, keinginan tersembunyi. Kelima, mencintai dunia, dan keenam adalah mengikuti hawa nafsu.
Sementara, menurut Imam Asy Syadzili, benteng hati dari keburukan ada empat, yaitu terhubungnya hati dengan Allah, membenci dunia, tidak menggunakan mata untuk melakukan hal yang diharamkan Allah, dan tidak memindah telapak kaki, kecuali untuk mengharap pahala dari Allah.
Nasihat-nasihat Imam Asy Syadzili dalam karyanya ini juga sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, dia memberikan nasihat tentang cara berteman dengan seseorang.
Menurut dia, sebaiknya seseorang tidak berteman dengan orang yang lebih mementingkan dirinya dibandingkan dirimu. Kerena, sesungguhnya dia adalah orang yang patut dihina.
Dia juga mengingatkan agar tidak berteman dengan orang yang lebih mementingkanmu dibandingkan dirinya, karena dia tidak akan hidup selamanya. Dia menyarankan untuk berteman dengan orang yang lebih mementingkan Allah, yang jika dia sedang mengingat, maka yang diingat adalah Allah semata.