REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON--Menjadi seorang anak yatim sejak dini, tentunya bukan pilihan Almalia. Ayah Almalia sudah wafat ketika Almalia berusia 3 tahun. Almalia kini tinggal hanya dengan Ibunya, setelah sebelumnya kakak Almalia juga harus menyusul kepergian almarhum ayahnya dua tahun kemudian karena kecelakaan.
Kendati demikian, Almalia kecil tumbuh dengan kuat dan penuh motivasi dan energi positif, peran seorang Ibu dan orang-orang baik di sekitarnyalah yang turut membantu kuatnya jiwa Almalia menerima kenyataan yang tidak semua orang mampu memikulnya.
Kini Almalia sudah berusia 17 tahun, menjadi salah satu siswa berprestasi di SMK N 2 Kota Cirebon. Meskipun masih di tahun kedua sekolahnya, Almalia memiliki target dan cita-cita tinggi. Almalia ingin mengangkat derajat orang tua, dengan mencapai pendidikan setinggi-tingginya. Almalia bercita-cita ingin mengenyam pendidikan di perguruan tinggi di Korea.
Keinginan kuat Almalia untuk pergi dan menuntut ilmu di negeri Ginseng tersebut didukung dengan kemampuan berbahasa Almalia yang sudah cukup baik. Motivasi luhur Almalia tidak datang kecuali karena lingkungan dan peran orang-orang di sekitar yang senantiasa memberikan dukungan, salah satu yang berperan besar dalam pendidikan Almalia adalah Rumah Zakat. “Semenjak masuk Rumah Zakat, saya jadi perlahan bisa berdamai dengan diri saya sendiri atas kejadian masa lalu, di Rumah Zakat saya banyak mendapatkan teman baru. Selain dari bantuan pendidikan yang saya terima, saya juga diajak untuk memperkuat keimanan dan ketaqwaan saya, seperti membiasakan diri shalat dhuha, mengaji dan menghafal sebagian dari ayat-ayat Alquran,” ujar Almalia.
Ia sangat bersyukur dapat menjadi bagian dari Rumah Zakat, terutama kepada para donatur Rumah Zakat. Almalia berharap suatu saat nanti, bisa menggantikan peran donatur berbagi kebahagiaan dengan anak-anak.