Pada saat itu, hampir tidak ada ulama Muslim di Angkatan Darat. Dia adalah satu dari hanya lima pemuka agama Islam yang ada.
Dalam beberapa dekade sejak itu, dia melakukan yang terbaik untuk menjadi advokat atau penyuluh bagi tentara dari semua agama. Hal ini merupakan tugas ulama Angkatan Darat dan sangat menantang terutama setelah serangan 9/11.
Ia mengenang interaksi awalnya dengan komandan dan tentara yang terasa sangat sulit. Tetapi, kekompakan di lapangan basket dan gym selalu membantunya berintegrasi dengan para prajurit maupun pemimpin, di setiap pos tugas baru.
Untuk tentara muda Muslim seperti Shabazz dulu, koneksi langsung yang meluas selalu terjadi ke pasukan Muslim di unit tetangga, yang mendengar tentang adanya seorang pemimpin agama yang berbagi keyakinan dengan mereka. "Melayani mereka membuat saya menangis, karena para pria dan wanita muda di luar sana membutuhkan perwakilan, sama seperti orang lain,” katanya.
Salah satu tugasnya yang paling berharga adalah membantu mengintegrasikan mantan penerjemah Irak dan Afghanistan ke dalam Angkatan Darat mulai akhir 2000-an. Dia bertindak sebagai penghubung budaya antara penerjemah dan komandan pelatihan mereka di Fort Jackson, Carolina Selatan.