"Agama sangat penting bagi keluarga saya. Nenek ingin saya menjadi pendeta. Saya pergi ke seminari untuk belajar imamat," katanya kepada Anadolu.
Setiap Ahad, Fenter tidak pernah melewatkan pergi ke Gereja. Fenter mengaku ada banyak hal yang tidak masuk akal baginya saat itu.
"Saya percaya pada Tuhan tetapi ada sesuatu yang tidak beres. Informasi yang saya coba ajarkan kepada murid-murid saya setelah itu tidak masuk akal bagi saya. Jadi saya menghabiskan sebagian besar hidup saya untuk mencari. Saya dulu mengajar di seminari, tetapi saya tidak percaya pada apa yang saya ajarkan," ujarnya.
Fenter kemudian memutuskan berhenti mengajar dan meninggalkan gereja untuk pulang ke Kalifornia dan bertemu keluarganya. Dia mulai mengisi hidupnya dengan mempelajari musik, namun kekosongan masih terus menggelayutinya.
"Ada banyak musik, tetapi hati saya kosong. Tepuk tangan orang-orang sangat bagus, tetapi ada sesuatu yang hilang," kata Fenter.
Baca juga : Tentara Muslim Inggris Dihina dan Dipukuli