REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Kepala kantor provinsi kementerian di Kandahar Mawlawi Mohammad Shebani mengatakan polisi moralitas Taliban di bawah kementerian promosi kebajikan dan pencegahan kejahatan akan bertindak moderat menurut buku saku aturan.
Shebani menjelaskan kepada The Guardian, polisi moralitas Taliban disusun sebagai jaringan yang terintegrasi ke dalam pasukan polisi kelompok yang memiliki hubungan dengan masjid dan sekolah agama. Sejak menguasai Afghanistan pada 15 Agustus, Taliban telah berubah dari citra garis keras mereka pada era 1996 hingga 2001 saat pria yang tidak sholat di masjid dicambuk, gerakan wanita setiap hari dibatasi, dan interpretasi ekstrem dari hukum syariah ditegakkan.
Namun, polisi moralitas Taliban kali ini akan berbeda dari era sebelumnya yang akan berfokus pada persuasi bukan kekerasan. The Guardian melaporkan pedoman baru Taliban menyetujui penggunaan kekuatan terhadap pelanggar yang paling tidak kooperatif. Proses penanganan pelanggar secara berjenjang dijelaskan melalui beberapa tahap.
“Pertama, mendidik mereka. Kemudian menekan untuk mengubah perilaku mereka. Jika mereka masih tidak patuh, kekerasan mungkin menjadi pilihan. Jika orang itu masih melanjutkan (perilaku menyinggung) dan ini dapat menyebabkan banyak masalah, maka Anda dapat menghentikannya dengan tangan Anda,” kata pedoman itu.
Dikutip Al Arabiya, Selasa (21/9), Taliban berjanji melindungi hak-hak perempuan. Namun, buku aturan tersebut menyatakan perempuan hanya diperbolehkan meninggalkan rumah mereka jika ditemani wali laki-laki. Kontak perempuan dengan laki-laki juga harus dibatasi pada keluarga dekat.
Baca juga : Etnis Hazara Curiga dengan Pemerintahan Taliban