REPUBLIKA.CO.ID,ANKARA -- Baru-baru ini, sebuah serial drama sejarah baru telah ditayangkan perdana di lembaga penyiaran milik pemerintah, Turkish Radio and Television Corporation (TRT). Ini adalah serial oleh Akli Film Production berjudul 'Uyanis: Buyuk Selcuklu' (The Great Seljuks: Guardians of Justice), yang menceritakan kisah kebangkitan Kekaisaran Seljuk di era Abbasiyah.
"Saya mengambil kesempatan untuk menonton serial ini selama waktu luang saya di provinsi Sakarya di barat laut Turki. Itu membawa kembali kenangan dari studi doktoral saya sekitar 10 tahun yang lalu. Terlepas dari adanya unsur fiktif, tidak dapat dipungkiri bahwa narasi tersebut berhasil membawa saya dalam perjalanan. Serial drama sejarah ini telah diterima dengan baik di Turki dan telah trending di TV Turki hampir setiap pekan dari September tahun lalu hingga Mei ini," kata Asyraf Isyraqi dilansir dari laman Daily Sabah pada Senin (13/9).
'Uyanis: Buyuk Selcuklu' menceritakan kebangkitan Kerajaan Seljuk di bawah kepemimpinan Sultan Malikshah I dan putranya, Ahmad Sanjar, yang kemudian mewarisi tahta ayahnya. Untuk musim pertama, serial drama 34 episode ini membongkar kisah sebuah pemerintahan yang perlu dipertahankan dan pertempuran melawan Hasan-i Sabbah, pemimpin kelompok militer yang dikenal sebagai Order of Assassins.
"'Uyanis: Buyuk Selcuklu' membawa penonton untuk melihat rencana dan konflik mengerikan yang terjadi. Selain menghadapi Assassins licik dan serangan dari Kekaisaran Bizantium, Seljuk juga menghadapi serangkaian oposisi dari kerabat dan kelompok etnis yang tidak puas dengan mereka. Bahkan, ada juga plot jahat yang terjadi dari dalam pemerintahan, baik dari Hasan-i Sabbah yang pernah bertugas di istana, atau dari Terken Khatun, ratu kedua Malikshah, dan menterinya Taj al-Mulk, yang sama-sama memikirkan kepentingan pribadi mereka," ucap Isyraqi.
Meski Kesultanan Seljuk harus menghadapi berbagai tantangan berbahaya, keputusan ini selalu didukung oleh tokoh-tokoh besar, Nizam al-Mulk sebagai negarawan, Abu Hamid al-Ghazali sebagai ulama, Omar al-Khayyam dan al-Isfizari sebagai ilmuwan dan Yusuf al-Hamadhani sebagai seorang sufi. Mereka semua adalah pendukung yang mempertahankan pemerintahan dari ancaman musuh.
"Keunikan Kerajaan Seljuk pada masanya dibuktikan dengan tidak hanya memperhatikan benteng politik dan militer, tetapi juga benteng ilmiah dan spiritual. Madrasah Nizamiyyah didirikan untuk memasok senjata pengetahuan dan spiritualitas melawan musuh-musuh pemikiran yang mengerikan yang dihasilkan dari pengaruh Hasan-i Sabbah melalui Assassins, yang akhirnya beroperasi di kota benteng Alamut," kata Isyraqi.
'Uyanis: Buyuk Selcuklu' sebagai sebuah serial drama tentu tidak luput dari penambahan beragam karakter dan adegan fiksi dalam alur cerita. Namun, seri ini masih memungkinkan penonton untuk menghidupkan kembali cobaan kebangkitan Kekaisaran Seljuk.