REPUBLIKA.CO.ID,KABUL -- Taliban mengumumkan wanita di Afghanistan akan diizinkan melanjutkan studi mereka di universitas. Namun, dalam pelaksanaanya mereka akan dipisah ruangannya berdasarkan gender.
Pengumuman ini disampaikan Menteri Pendidikan Tinggi baru Taliban, Abdul Baqi Haqqani, Sabtu (11/9). Hal ini dilakukan bersamaan dengan pembentukan pemerintahan yang semuanya laki-laki dan pengibaran bendera mereka di atas Istana Kepresidenan.
Haqqani mengatakan, wanita akan terus diizinkan menghadiri universitas di bawah rezim baru Taliban, termasuk di tingkat pasca sarjana. Tetapi, penggunaan pakaian Islami akan menjadi hal yang wajib.
Dilansir di Sky, Senin (13/9), mahasiswa perempuan akan diharuskan mengenakan jilbab. Meski demikian, dia tidak merinci apakah ini berarti hanya jilbab atau lengkap dengan penutup wajah.
"Taliban akan menegakkan aturan tentang pemisahan gender. Kami tidak akan mengizinkan anak laki-laki dan perempuan belajar bersama. Kami tidak akan mengizinkan pendidikan bersama," ujarnya.
Tak hanya itu, ia menyebut rentang mata pelajaran yang diajarkan di Afghanistan juga akan ditinjau. Kelompok ini disebut ingin agar lulusan universitas Afghanistan dapat bersaing dengan yang lain di kawasan dan seluruh dunia.
Baca juga : Kisah Pembelotan Tentara AS, Melatih Taliban dan Jadi Mualaf
Sebelum Taliban mengambil alih negara itu, universitas adalah pendidikan bersama dan tidak ada aturan berpakaian untuk wanita. Namun, sebagian besar memilih mengenakan jilbab sesuai dengan tradisi.
Pendidikan dasar dan sekolah menengah atas dipisahkan berdasarkan gender. Remaja perempuan yang mengemban pendidikan di sekolah menengah harus memakai tunik sampai ke lutut dan jilbab putih, dengan penggunaan jeans, riasan wajah dan perhiasan dilarang.
Selama era pertama Taliban berkuasa di akhir 1990-an, perempuan dan anak perempuan di negara itu sepenuhnya dikucilkan dari kehidupan publik dan ditutup akses pendidikannya. Saat ini, kelompok tersebut mengklaim telah berubah, termasuk dalam sikapnya terhadap perempuan.
Namun, setelah penarikan AS dari negara itu, perempuan dilarang berolahraga dan kekerasan telah digunakan terhadap perempuan yang memprotes persamaan hak.
Diketahui, perempuan Afghanistan berbaris menuju Kabul untuk menuntut kebebasan mereka dijamin di bawah rezim Islam baru, akhir pekan lalu. Demonstrasi dimulai damai, dengan sejumlah wanita meletakkan karangan bunga di luar kementerian pertahanan, untuk menghormati tentara Afghanistan yang tewas memerangi Taliban.
Tetapi ketika teriakan mereka semakin keras, para pejuang Taliban masuk ke kerumunan dan menanyakan apa yang diinginkan para wanita itu. Rekaman media sosial kemudian menunjukkan anggota pasukan khusus menembakkan senjata ke udara untuk membubarkan kerumunan.
Baca juga : Mahfud Ingin PLBN Sota Terus Dikembangkan
Seorang saksi mengatakan kepada Reuters, kelompok tersebut juga menggunakan gas air mata dan Taser untuk membuat demonstran melarikan diri. Seorang demonstran, yang menyebut namanya Soraya, mengeklaim mereka memukul kepala wanita dengan magasin senjata dan mengeluarkan darah.