Setelah dewasa, dia mengumpulkan 500 poundsterling atau setara Rp 10 juta untuk membeli seekor kuda dan belajar sendiri. Usahanya ini lantas mengubahnya menjadi pribadi yang lain dan memberinya tujuan.
Misinya sekarang adalah memberikan kesempatan kepada anak-anak berusia empat hingga 12 tahun dari komunitas mayoritas Muslim yang tidak memiliki kesempatan untuk belajar berkuda. Ia mendasari keinginannya untuk mendidik dan menghubungkan kembali Muslim dengan warisan kuda atau budaya mereka.
"Saya berjuang sendiri selama bertahun-tahun untuk masuk ke dunia yang berhubungan dengan kuda. Sekarang saya memiliki tujuan untuk membuatnya semudah mungkin bagi anak-anak dari pusat kota untuk belajar tentang kuda,” kata Atcha.
Ia menyebut dirinya sebagai seorang Muslim dan sebagian besar dari daerahnya adalah anak-anak imigran Muslim generasi ketiga, yang dirasa telah kehilangan akarnya. Anak-anak saat ini menghabiskan berjam-jam sehari untuk hiburan berbasis layar dan ada pemutusan hubungan dengan alam.
"Secara religius, ketika Anda terhubung dengan alam dan hewan, Anda terhubung dengan Tuhan. Ketika anak-anak berhubungan dengan kuda, mereka benar-benar berubah. Anda melihat perkembangan itu dan para guru serta orang tua tidak dapat mempercayainya," kata Atcha.
Dia juga tertarik mengajar anak-anak tentang warisan Arab. Ia menyebut banyak yang datang dari komunitas pedesaan menuju kota dan kehilangan koneksi itu. Menunggang kuda adalah bagian besar dari warisan Muslim sejak awal.