Jumat 03 Sep 2021 05:30 WIB

Riset: Muslim Masih Hadapi Pandangan Negatif dari Publik AS

Umat Islam melaporkan menghadapi lebih banyak diskriminasi.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Riset: Muslim Masih Hadapi Pandangan Negatif dari Publik AS. I am a Muslim Too: Pengunjukrasa membawa poster bergambar wanita berhijab bendera Amerika di sela unjuk rasa menolak kebijakan Anti Imigran Trump di Lapang Times Square New York, AS, (19/2) waktu setempat.
Foto:

Di samping pertumbuhan populasi mereka, umat Islam telah memperoleh kehadiran perwakilan yang lebih besar di ruang publik. Misalnya, pada 2007, Kongres ke-110 menyertakan anggota Muslim pertama, anggota DPR Keith Ellison, mewakili District of Minnesota (D-Minn). Kemudian pada periode itu, Kongres mendudukkan perwakilan Muslim kedua, anggota DPR Andre Carson, mewakili District of Indiana (D-Ind).

Kongres ke-117 saat ini memiliki dua Muslim lagi bersama Carson, wanita Muslim pertama yang memegang jabatan tersebut di antaranya Perwakilan Ilhan Omar, D-Minn., dan Rashida Tlaib, District of Michigan (D-Mich), yang pertama kali terpilih pada 2018. Seiring dengan meningkatnya jumlah Muslim di Amerika, umat Islam juga melaporkan menghadapi lebih banyak diskriminasi.

Pada 2017, selama beberapa bulan pertama pemerintahan Donald Trump, sekitar setengah dari orang dewasa Muslim Amerika (48 persen) mengatakan mereka secara pribadi mengalami beberapa bentuk diskriminasi karena agama mereka pada tahun sebelumnya. Laporan tersebut termasuk berbagai pengalaman, dari mulai orang-orang yang bertindak mencurigakan hingga diancam atau diserang secara fisik.

Pada 2011, sebagai perbandingan, 43 persen orang dewasa Muslim mengatakan mereka memiliki setidaknya satu dari pengalaman tersebut. Sementara 40 persen Muslim mengatakan ini pada 2007.

Dalam survei Maret 2021, orang dewasa AS ditanyai seberapa banyak diskriminasi yang menurut mereka dihadapi sejumlah kelompok agama di masyarakat. Orang Amerika lebih cenderung mengatakan mereka percaya Muslim menghadapi banyak diskriminasi daripada mengatakan hal yang sama tentang kelompok agama lain yang termasuk dalam survei, termasuk Yahudi dan Kristen evangelis.

Pola serupa muncul dalam survei sebelumnya pada 2009, ketika orang Amerika lebih cenderung mengatakan ada banyak diskriminasi terhadap Muslim daripada mengatakan hal yang sama tentang orang Yahudi, Kristen evangelis, Mormon atau ateis. Serangkaian survei Pew Research Center yang dilakukan pada 2014, 2017, dan 2019 secara terpisah meminta orang Amerika menilai kelompok agama dalam skala mulai dari 0 hingga 100.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement