REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah peristiwa serangan teror 11 September 2001 di Amerika Serikat (AS), perhatian publik terfokus pada Muslim Amerika. Populasi Muslim AS telah tumbuh dalam dua dekade sejak insiden itu.
Namun, masih banyak orang Amerika yang sedikit mengetahui tentang Islam atau Muslim. Pandangan terhadap Muslim menjadi semakin terpolarisasi di sepanjang garis politik.
Meski keberadaan Muslim di AS semakin bertambah, namun Pew Research Center, seperti dikutip dari laman resminya, Kamis (2/9), menyebutkan umat Islam masih menghadapi pandangan negatif dari publik di negara itu. Ketika Pew Research Center mulai mengukur ukuran, karakteristik demografi, dan pandangan kelompok ini, ada sekitar 2,35 juta orang dewasa dan anak-anak Muslim yang tinggal di AS pada 2007.
Jumlah tersebut berarti 0,8 persen dari populasi AS. Sejak itu, pertumbuhan Muslim di Amerika semakin besar.
Perkembangan jumlah Muslim di AS itu dilaporkan didorong oleh dua faktor, yakni arus imigran Muslim yang terus berlanjut ke AS dan kecenderungan Muslim memiliki lebih banyak anak daripada orang Amerika dari agama lain.
Pada 2015, lembaga think tank nonpartisan berbasis di Washington DC itu memproyeksikan umat Islam di AS dapat berjumlah 3,85 juta pada 2020, kira-kira 1,1 persen dari total populasi. Namun, pertumbuhan populasi Muslim dari imigrasi mungkin melambat baru-baru ini karena perubahan dalam kebijakan imigrasi federal.
Jumlah rumah ibadah Muslim di AS juga meningkat selama 20 tahun terakhir. Sebuah studi yang dilakukan pada 2000 oleh Cooperative Congregational Studies Partnership mengidentifikasi 1.209 masjid di AS pada tahun itu.
Studi lanjutan mereka pada 2011 menemukan jumlah masjid telah berkembang menjadi 2.106. Selanjutnya, versi 2020 menemukan 2.769 masjid yang ada di Amerika, lebih dari dua kali lipat jumlah dari dua dekade sebelumnya.