REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Amany Lubis, menyatakan pengarusutamaan gender termasuk prinsip dalam pembangunan bangsa.
Menurutnya, pengarusutamaan gender telah dimulai sejak era Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid pada 2000. "Sejak itu pengarusutamaan gender menjadi prinsip pembangunan. Setelah bertahun-tahun dilaksanakan, dan masyarakat mulai paham, pemerintah baik pusat dan daerah juga sudah memahami, maka itu diterapkan," kata dia dalam webinar 'Merdeka dalam Keberagaman dan Kesetaraan di Masa Pandemi Covid-19' yang digelar PPIM UIN Jakarta dan CONVEY Indonesia, Jumat (20/8).
Amany melanjutkan, upaya tersebut dilakukan tentu dengan menghilangkan ketidakadilan pada perempuan dalam mengakses kesehatan, pendidikan, dan keadilan gender.
Termasuk juga untuk anak perempuan di bawah umur serta berbagai isu-isu gender lainnya. "Ini relatif sudah berkurang dan ada solusi-solusi yang didukung oleh pemerintah," ujarnya.
Kesetaraan gender, jelas Amany, merupakan unsur moderasi beragama yang pada ujungnya dapat membuat berbagai lapisan masyarakat lebih sejahtera dan bahagia. Kesetaraan gender mengikis dampak negatif dari disparitas dan ketidakhadiran perempuan dalam berbagai forum.
Selain itu, Amany menambahkan, moderasi beragama pun meliputi berbagai aspek, salah satunya pertanian. Moderasi beragama di bidang pertanian adalah dengan memberikan akses yang sama dan kemudahan kepada petani dalam mengakses kebutuhan seperti pupuk dan kredit serta bentuk-bentuk keadilan lainnya.
"Kalau ada permasalahan yang dialami petani, itu diberi solusi bersama. Dengan begitu, orang awam akan mengerti moderasi beragama. Jadi sebetulnya moderasi beragama ini tidak asing, dan sudah menjadi prinsip dalam karakter bangsa Indonesia," tuturnya.
Setiap agama, terang Amany, ada pendidikan budi pekerti dan pendidikan karakter. Tentu ini perlu terus diterapkan dalam keseharian dan pekerjaan misalnya di ranah pertanain, kehutanan, perindustrian, dan bidang lain. "Prinsip bahwa kita harus adil, transparan, jujur, dan akuntabel itu semuanya didorong prinsip beragama," tuturnya.
Menurut Amany, keragaman di Indonesia merupakan karunia Allah SWT. Diversifitas keragaman Indonesia bahkan tidak ada batasnya karena begitu beragamnya Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke. Keberagaman ini dalam segala aspek, bukan hanya agama dan etnis, melainkan juga budaya dan lainnya yang sangat beragam.