Selasa 10 Aug 2021 05:55 WIB

Mualaf Aziz, Akhir Perjalanan 3 Tahun Sembunyikan Islam

Mualaf Muhammad Abdul Aziz menyembunyikan keislamannya selama tiga tahun

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Muhammad Abdul Aziz menyembunyikan keislamannya selama tiga tahun. Mualaf Aziz
Foto:

Keesokan harinya, Aziz menemui kakaknya. Dalam hatinya, tidak ada keraguan sama sekali. Ia meyakini bahwa Islam adalah agama yang sempurna. Terlebih lagi, tauhid sangat mudah dipahami. Hanya ada satu Tuhan. Dialah Allah Yang Maha-Esa. Dia Yang tidak beranak, tidak pula diperanakkan. Bagi Aziz, dalil tersebut begitu masuk akal. 

Waktu itu, suatu hari pada 1991, ia pun menyatakan diri masuk Islam. Oleh abangnya, lelaki kelahiran 23 Agustus 1980 itu dibimbing untuk melafalkan dua kalimat syahadat. Pelan-pelan, meski terbata-bata, akhirnya meluncurlah ikrar ini dari lisannya: Asyhaduan Laa Ilaaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah, `saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah. 

Sesudah itu, Aziz mulai merasakan kekhawatiran. Sebabnya, tidak ada selain bahwa kedua orang tuanya dapat mengetahui keislaman nya. Karena itu, ia memutuskan untuk menyembunyikan iman tersebut untuk sementara waktu. Perkara ibadah dan lain-lain tetap dijalaninya. Bahkan, kadang-kadang dirinya terpaksa sholat di tempat ibadah agama sebelumnya. 

Semua dijalaninya dengan penuh kesabaran. Syukurlah, kakaknya dengan setia membimbing dan mendampinginya. Abangnya itu pun membimbing dengan arahan seorang ustaz. Ada lagi mentornya, yakni seorang kawannya, mantan mahasiswa universitas Islam yang pernah kuliah kerja nyata (KKN) di kantor orang tuanya. 

Baca juga : 10 Keutamaan dan Manfaat Dzikir dalam Alquran dan Hadits

Tahun demi tahun berganti. Aziz berhasil melalui satu per satu jenjang pendidikan.Setelah lulus SMP, ia berpisah dengan kedua orang tuanya. Mereka kembali ke Jakarta, sedangkan Aziz tetap di Jawa Timur, tepatnya Jember. Karena jauh dari keduanya, ia merasa lebih bebas untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya sekarang: Islam. 

“Tiga tahun saya menjadi Muslim dan beribadah secara sembunyi-sembunyi. Sejak hidup mandiri, saya bertekad untuk serius menjalani dan mendalami ajaran Islam,” katanya.

Dalam hal ini, tentu saja belajar agama tidak bisa sendirian. Ia pun mulai mencari seorang dai atau ustadz yang bersedia mengajarinya. Pemuda itu berkunjung dari satu masjid ke masjid lainnya. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement