Sistem pendidikan aula kitab suci Hu adalah yang paling efektif untuk komunitas Muslim lainnya di seluruh China. Selain itu, sistem pendidikan tersebut mendapat dorongan langsung untuk memproduksi teks-teks Islam berbahasa Mandarin.
Banyak siswa pengantar yang pandai berbicara hanya dalam bahasa China dan memiliki sedikit pengetahuan tentang bahasa asing. Para siswa tingkat bawah ini mempelajari Alquran dan buku teks Islam dasar yang mencakup doa, wudhu, masalah iman, ibadah, puasa, pernikahan, dan pemakaman.
Kurikulum dan metode pengajaran ini dengan mudah diduplikasi di tempat lain di Tiongkok dan siswa yang lulus bisa mendirikan sekolah mereka sendiri. Fleksibilitas linguistik dan pengajaran melalui bahasa China sangat dihargai di kota-kota dengan populasi Muslim yang lebih kecil yang sepenuhnya berasimilasi ke dalam lingkungan budaya dan sosial China.
Di tempat-tempat yang jauh dari komunitas mayoritas di Cina barat laut, seperti kota pesisir Nanjing bekas ibu kota Dinasti Ming, para pelajar Muslim sangat menguasai kitab-kitab klasik Konfusianisme tapi tidak dapat membaca tulisan-tulisan berbahasa asing.
Nanjing adalah pusat metropolitan besar dengan budaya literasi yang kuat. Ini berarti Muslim fasih dalam tradisi filosofis dan sejarah Cina. Di sini, kerangka balai kitab suci berkembang karena perpaduan antara bahasa dan strategi pendidikan Islam dan Cina. Tak lama kemudian kota itu menyambut beberapa guru penting dan banyak siswa regular serta menjadi pusat produksi teks-teks Han Kitab. Beberapa dari penulis ini bahkan mengidentifikasi diri sebagai sarjana Muslim terpelajar Konfusianisme (Huiru).
https://newlinesmag.com/essays/the-rich-history-of-chinas-islam/