REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas, menegaskan Kementerian Agama sangat perhatian dan terus mengembangkan Moderasi Beragama, dalam rangka menangkal ekstremisme.
Hal ini disampaikan Menag saat menjadi Keynote Speaker pada Seminar International Moderate Islam Promoting Tolerance And Harmony In The Digital Era, Kamis (29/7).
Acara ini digelar Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang secara dalam jaringan (daring). Menurut Menag, ekstremisme menjadi musuh nyata keberagaman bangsa.
"Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan suku, budaya, dan ragam bahasa. Dapat dibayangkan bahwa mengelola diversity atau keragaman yang luar bisa tersebut tidaklah mudah," kata dia dalam keterangan yang didapat Republika, Kamis (29/7).
Ia pun menegaskan keragaman justru menjadi peluang bangsa untuk saling memperkuat satu sama lain, menjadikannya sebagai sumber persatuan. Hal ini dikenal dengan istilah Bhineka Tunggal Ika, Harmony in diversity.
"Jika kita tidak mampu mengelola keragaman tersebut dengan baik. Ini akan menjadi ancaman yang membahayakan bagi bangsa kita," lanjutnya.
Menag lantas menyoroti tantangan kemajuan media dan teknologi yang begitu cepat banyak dan telah mengubah hampir semua lini kehidupan.
Dalam bidang keagamaan misalnya, saat ini disinyalir sebagian besar orang belajar atau mendapatkan informasi tentang pemahaman agama dan isu-isu lainnya secara instan dari media sosial, tanpa menyaringnya terlebih dahulu.
Fenomena saat ini, dunia maya didominasi oleh konten dengan pemahaman keagamaan yang sempit. Terkadang informasinya cenderung menebarkan kebencian, baik terhadap sesama pemeluk agamanya maupun beda agama, bahkan kebencian terhadap negaranya.
Menteri Agama lantas berharap seminar ini dapat melahirkan langkah konkrit, terkait strategi menyampaikan informasi seputar moderasi beragama agar bisa tersampaikan dengan baik ke masyarakat.