Selasa 27 Jul 2021 18:00 WIB

Studi Ungkap Sikap Negatif Terhadap Muslim di Finlandia

Prasangka yang kuat dapat menyebabkan meningkatnya diskriminasi dan segregasi.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Studi Ungkap Sikap Negatif Terhadap Muslim di Finlandia.
Foto: Todayszaman.com
Studi Ungkap Sikap Negatif Terhadap Muslim di Finlandia.

REPUBLIKA.CO.ID, HELSINKI -- Sebuah penelitian baru oleh Pusat Hak Asasi Manusia dan Kementerian Kehakiman Finlandia mengungkap adanya kelaziman dari stereotip negatif dan prasangka terhadap kelompok-kelompok seperti komunitas Muslim, Somalia, dan Roma. Kedua lembaga tersebut meneliti sikap warga Finlandia terhadap minoritas.

Dilansir di Helsinki Times, Selasa (27/7), studi yang merupakan bagian dari proyek Fundamental Rights Barometer ini mengumpulkan informasi dari berbagai kelompok populasi melalui kuesioner yang didasarkan pada survei online oleh European Union Agency for Fundamental Rights.

Baca Juga

Sementara satu kelompok responden mewakili populasi umum Finlandia, penelitian ini juga mencakup minoritas linguistik seperti populasi berbahasa Swedia, Rusia dan Arab, serta penyandang disabilitas. Kantor berita Iltalehti melaporkan hampir semua kelompok yang disurvei bereaksi negatif terhadap tetangga yang merupakan orang Roma atau Somalia.

Lebih dari setengah responden dari kelompok populasi umum, sebesar 53 persen, mengatakan mereka akan merasa "tidak nyaman" atau "sangat tidak nyaman" jika tinggal bersebelahan dengan seseorang dengan latar belakang Roma. Mayoritas responden juga mengungkapkan mereka akan merasa "sangat tidak nyaman" jika salah satu anggota keluarga mereka memilih menikah dengan seorang Muslim atau anggota komunitas Roma.

Sebagai perbandingan, sikap terhadap anggota keluarga yang menikah dengan orang Yahudi atau orang disabilitas sebagian besar positif. Sementara itu, lebih dari setengah responden mengatakan mereka percaya imigran memperkaya masyarakat. Namun, jumlah yang setara merasa imigran memainkan peran langsung dalam meningkatkan tingkat kejahatan.

Pria yang bahasa ibunya adalah bahasa Arab dilaporkan menghadapi lebih banyak diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan daripada responden dari kelompok lain. Direktur Pusat Hak Asasi Manusia Sirpa Rautio mengatakan kepada Iltalehti fenomena tersebut mengkhawatirkan. Prasangka yang kuat dapat menyebabkan meningkatnya diskriminasi dan segregasi (pemisahan).

Hasil penelitian ini dinilai dapat menimbulkan kekhawatiran. Kendati begitu, setidaknya 94 persen dari semua responden mengatakan mereka percaya hak asasi manusia sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil di Finlandia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement