Senin 19 Jul 2021 18:31 WIB

Khutbah Idul Adha: Ikhtiar, Keteladanan, dan Ujian Kesabaran

Idul Adha di tengah pandemi Covid-19 adalah momentum sabar dan berikhtiar

Idul Adha di tengah pandemi Covid-19 adalah momentum sabar dan berikhtiar. Berdoa (Ilustrasi)
Foto:

Oleh : KH Dr M Asrorun Ni’am Sholeh, Ketua Bidang Fatwa MUI dan Direktur Pesantren al-Nahdlah Depo

Allahu Akbar 3x, hadirin yang berbahagia

Kedua, perlunya keteladanan dalam perintah kebaikan. Pelajaran berharga dari kisah Ibrahim AS adalah bahwa untuk mewujudkan anak shaleh harus dimulai dengan upaya kesalehan orang tua. Orang tua yang saleh sebagai salah satu prasyarat mewujudkan anak yang saleh.

Demikian juga dalam hal penanganan kasus Covid-19, butuh keteladanan dari kita, dari orang tua, ulama, dan juga para tokoh untuk disiplin melakukan langkah pencegahan. Keberhasilan Ibrahim ‘alaihissalam mendapatkan karunia anak shaleh seperti Isma’il AS adalah karena beliau sendiri berhasil mendidik dan membentuk dirinya menjadi seorang hamba yang shaleh. Allah SWT menegaskan:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ “Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.” (QS al Mumtahanah 4)

Momentum wabah Covid-19 berdampak pada pembelajaran anak-anak kita di rumah, learning from home.  Saatnya kita belajar dari Ibrahim untuk menjadi guru dan teladan yang baik bagi anak dan keluarga. Ibrahim AS adalah teladan yang baik bagi pewujudan keluarga harmonis dan demokratis. Allah SWT memujinya dalam Alquran. 

Kesabaran, kasih sayang,  komitmen untuk saling mendengar, dan menghargai setiap anggota keluarga adalah kunci keharmonisan. Pertanyaannya sekarang untuk kita semua adalah siapakah di antara kita yang sejak awal menjadi orangtua sudah berusaha untuk belajar dan berusaha menjadi orangtua yang saleh? Dapat menjadi guru yang baik bagi anak-anak kita saat Learning From Home? Apakah kita sudah menjadi teladan yang baik bagi anak kita?

Allahu Akbar 3x, Hadirin Yang Berbahagia

Nabi Muhammad SAW, dalam khutbah pada saat wukuf di Arafah menekankan soal pentingnya menjaga kehormatan setiap jiwa dan properti manusia. Pada saat kita menyadari keragaman kita sebagai makhluk, maka kewajiban dan tanggung jawab kita adalah untuk saling mengenal dan meneguhkan persaudaraan. Allah mengharamkan pertumpahan darah, saling caci, dan juga saling hina, apapun alasannya. Sabdanya saat khutbah wukuf:

أيها الناس إن دماءكم وأعراضكم حرام عليكم إلى أن تلقوا ربكم كحرمة يومكم هذا في شهركم هذا في بلدكم هذا ... ألا هل بلغت اللهم فاشهد.

“Wahai manusia sesungguhnya harta dan kehormatan kalian terhormat sesama kalian hingga kalian berjumpa dengan Rabb kalian, seperti terhormatnya hari ini, pada bulan ini dan di negeri ini-ketahuilah sesunggunya aku telah sampaikan maka saksikanlah".

“Di tengah perkembangan dunia media sosial (medsos) sebagai buah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, seringkali kita terjebak pada penyebaran berita hoax, fitnah, disinformasi, dan berita bohong lain, termasuk dalam kasus terkait Covid-19.

Penggunaan media sosial di tengah masyarakat tidak jarang menjadi sarana untuk penyebaran informasi yang tidak benar, hoax¸ fitnah, ghibah, namimah, gosip, pemutarbalikan fakta, ujaran kebencian, permusuhan, kesimpangsiuran, informasi palsu, dan hal terlarang lainnya yang menyebabkan disharmoni sosial. Hoax seputar penanganan pasien Covid, viral tentang  covid sebagai konspirasi membunuh umat Islam, dan berbagai hoax lain telah menyebabkan persoalan sosial.

Jauh-jauh hari, Allah SWT sudah memerintahkan untuk selalu berbaik sangka (husnuzh zhan) dan mengingatkan kita untuk menjauhi prasangka buruk (su’u al-zhann). Sebagaimana firman-Nya:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ الحجرات : ١٢

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(QS Al Hujurat 12)

Ayat di atas menegaskan perintah menjauhi prasangka dan larangan ghibah serta mencari-cari kesalahan orang lain. Ini untuk mencegah terjadinya konflik dan rasa permusuhan antar sesama.

Karenanya, setiap kita penting untuk menjaga ucapan dan perbuatan agar jangan sampai menyakiti orang lain, baik individu maupun kelompok, terlebih kepada orang tua dan pemimpin kita. Nabi Muhammad saw mengajarkan dan  memerintahkan untuk bertutur kata yang baik dan menjadikannya sebagai salah satu indikator keimanan kepada Allah, sebagaimana sabdanya:

عن أبي هريرة رضي الله عنه، عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:  "من كان يؤمن بالله واليوم الآخر، فليقل خيرًا أو ليصمت .... " (رواه البخاري ومسلم

Dari Abi Hurairah ra dari Rasulullah saw beliau bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam." (HR  Bukhari dan Muslim)

Pesan penting Idul Adha adalah meniscayakan komitmen komunikasi yang baik dan lemah lembut, perang terhadap rafats, fusuq, dan jidal.  Idul Adha, dengan semangat ibadah haji serta ibadah kurban harus memancarkan spirit anti hoax, ujaran kebencian, dan senantiasa bermuamalah secara beradab,  baik di dunia nyata maupun dunia maya.

بارك الله لي ولكم ونفعنى وإياكم من الآيات والذكر الحكيم وجعلنى وإياكم من العائدين والفائزين والمقبولين والحمد لله رب العالمين  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement