REPUBLIKA.CO.ID, — Orang yang tak mengenal inti penciptaan dirinya hanya menginginkan kesukses an duniawi. Mereka memohon kekayaan, harta benda, dan kedudukan untuk kehidupan di dunia ini.
Namun, orang beriman, berdoa memohon dunia dan akhirat karena mereka percaya bahwa ke hidupan di akhirat sama pastinya dan sama posisinya dengan kehidupan di dunia.
Sebab, dia mampu menempatkan keberlimpahan harta kekayaan di dunia secara proporsional, tidak diperbudaknya hingga tidak pelit berbagi kebahagiaan dengan sesama.
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ “Di antara manusia ada orang yang berdoa, `Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia, dan tidak ada baginya bagian di akhirat.' Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, `Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.' Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS Al Baqarah 200).
Tak heran bila Rasulullah SAW mewanti-wanti pentingnya mempersembahkan karya untuk kepentingan ukhrawi. Seluruh amal umat manusia akan sirna dan tertutup ketika manusia meninggal dunia.
Kecuali, amal kebajikan yang berdimensi sosial, seperti mendirikan dan mewakafkan instansi kemanusiaan, ilmu yang memiliki manfaat untuk seluruh semesta alam, baik bagi sesama makhluk-Nya maupun terhadap lain jenis makhluk-Nya, dan anak-anak yang memiliki kekuatan spiritual, emosional, sosial, dan intelektual ketika menjalani kehidupan di muka bumi. Dengan tiga warisan amal kebajikan inilah, kematian seseorang akan mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki.
Sebetulnya, kita tidak dilarang oleh- Nya untuk memohon kesehatan, kekayaan, ilmu, dan kebahagiaan duniawi. Namun, semua permohonan sejatinya dipusatkan untuk mencari ridha Allah. Memohon kekayaan, misalnya, digunakan di jalan Allah. Nabi Sulaiman AS adalah salah satu contoh manusia sukses dunia dan akhirat.
Nabi Sulaiman AS berdoa memohon kekayaan demi tujuan mulia, yakni di gunakan di jalan Allah, untuk menyeru manusia kepada agama Allah, dan agar dirinya sibuk berzikir. Pernyataannya di abadikan di dalam Alquran sebagai berikut:
فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَنْ ذِكْرِ رَبِّي حَتَّىٰ تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ “Maka ia berkata: "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan." (QS Shad 32)
Nabi Sulaiman AS pun mendapatkan kekayaan di dunia dan pahala di akhirat.Beliau ialah figur teladan. Dia seorang nabi yang kaya raya, saleh, peduli kepada sesama, dan tidak melupakan Tuhan dalam kehidupannya. Pada posisi inilah kehidupan di dunia dan akhirat menjadi tempat superindah untuk dijalani bagi manusia yang menyadari dan menemukan tujuan inti diciptakannya di muka bumi. Sebagai manusia beragama, kehadiran dirinya memberikan manfaat kebajikan di dunia untuk kesuksesan di akhirat.