Rabu 07 Jul 2021 02:02 WIB

Islamofobia Belgia dan Sirup yang Diekspor ke Indonesia

Menurut Torrekens, wacana ekstrem kanan sedang meningkat di Belgia

Islamofobia (ilustrasi)
Foto:

Klaim yang muncul yaitu penyembelihan ritual jauh lebih menyakitkan daripada non-ritual, meskipun penyembelihan ritual hanya mewakili sekitar 20 persen dari semua penyembelihan.

Lebih lanjut, Torrekens mengungkapkan, apa yang jelas dari polemik ini adalah bagaimana agama Islam dan Muslim sendiri secara teratur diberi nilai-nilai budaya yang negatif, seperti menindas, barbar, kekerasan, tidak liberal, dan sebagainya. Islam dan Muslim dianggap bertentangan dengan identitas 'Belgia' yang secara alami toleran.

Dalam konteks ini, selama lebih dari dua dekade, serangan teroris Islam telah datang untuk mempersonifikasikan ancaman kuda Troya baru dan perpecahan antara "kami" (orang Belgia non-Muslim asli), dan "mereka" (mereka yang berasal dari asing dan Muslim).

Contohnya, beberapa hari setelah serangan teroris 22 Maret 2016, ketika tiga bom bunuh diri menewaskan 32 orang di Bandara Brussel dan sebuah stasiun metro di kota itu, Jan Jambon, wakil perdana menteri (sekarang perdana menteri) dan anggota New Flemish Alliance, mengklaim bahwa "sebagian besar Muslim menari di jalan-jalan setelah serangan". Padahal tudingan ini tanpa bukti.

"Wacana politik sayap kanan yang ekstrem seperti itu belum ada di bagian negara yang berbahasa Prancis, tetapi di sana juga, perdebatan politik seputar Islam dan Muslim juga memburuk. Sama seperti di Prancis dan Belanda, akademisi yang mengembangkan analisis tersebut dilecehkan dan dihina di media sosial dan, yang lebih penting, dituduh bermain di tangan kaum Islamis," kata Torrekens.

 

Menurut Torrekens, kebebasan berekspresi adalah prinsip inti demokrasi liberal dan debat publik tidak pernah berarti konsensus. Namun, tingkat polarisasi saat ini di sekitar Islam dan Muslim, yang tidak hanya menyebabkan kurangnya kesopanan tetapi juga ancaman kekerasan, melemahkan gagasan debat publik itu sendiri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement