REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ratusan orang unjuk rasa di luar kantor kedutaan China, Kamis (1/7). Mereka memprotes perlakuan pemerintah China terhadap kaum minoritas Muslim Uighur ketika China memperingati peringatan 100 tahun Partai Komunis China.
Di antara ratusan orang itu, ada Asiya yang merupakan Muslim Uighur. Dia terpaksa mengungsi ke Inggris untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Asiya yang bukan nama aslinya memegang plakat sambil mengenakan kaus biru muda bertuliskan “Stand4Uyghur.”
“Kami datang ke sini setiap bulan untuk mengadakan protes simbolis terhadap China. Melihat ratusan orang membela saudara-saudari Uighur saya, itu memberi saya kegembiraan besar dan harapan penindasan akan berakhir,” kata Asiya.
Diselenggarakan oleh koalisi lebih dari 50 organisasi Muslim termasuk Masjid London Timur, Federasi Perhimpunan Mahasiswa Islam dan CAGE, pengunjuk rasa menentang tindakan China, yakni penahanan satu juta orang Uighur. Kelompok hak asasi mengatakan orang Uighur dan sebagian besar Muslim di wilayah Xinjiang barat laut China telah dipenjara di kamp pendidikan dalam upaya untuk membasmi Islam.
Muslim Uighur merupakan orang yang taat beribadah. Mereka berpuasa, tidak minum alkohol, menumbuhkan janggut, dan memakai busana Muslim.
Halaman 2 / 3
Pada September lalu, sebuah laporan menemukan China telah membangun 380 kamp penjara untuk menahan Muslim Uighur. Laporan sebelumnya oleh sarjana China Adrian Zenz mengklaim China mensterilkan wanita Uighur dan memenjarakan ribuan Muslim.
Menanggapi semua tuduhan, pihak berwenang China membantah. Mereka menyebut kamp pendidikan itu sebagai pelatihan untuk mengatasi ekstremisme agama. Tahun lalu, sebuah penyelidikan oleh Associated Press menemukan orang Uighur diancam karena memiliki terlalu banyak anak.
Penyelidikan juga menemukan penurunan dramatis dalam angka kelahiran. Ini mengubah dinamika populasi provinsi Xinjiang dari salah satu daerah dengan pertumbuhan tercepat di China menjadi yang paling lambat. Bukti menunjukkan denda yang besar dan kuat juga diberlakukan untuk pelanggaran undang-undang keluarga berencana.
Berdiri melawan Partai Komunis China
Dilansir Middle East Eye, Jumat (2/7), mahasiswa China dari Hong Kong, Jonathan, datang untuk menunjukkan dukungannya selama protes tersebut. “Situasi keamanan jauh lebih buruk bagi orang-orang di Xinjiang daripada di Hong Kong,” kata Jonathan yang juga meminta agar nama aslinya tidak digunakan.
Jonathan datang ke Inggris untuk mempertahankan hak kebebasan bersuara dan menggunakan ini untuk melawan Partai Komunis serta semua tindakan yang dilakukan terhadap orang Uighur. Sampai sekarang, Asiya sangat khawatir akan keselamatan saudaranya di China.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook