Agar tidak berlebih-lebihan
Sebagian ulama meyakini, larangan puasa dilakukan agar kemuliaan hari Jumat tidak dinodai dengan amalan yang berlebihan, amalan-amalan yang sebenarnya tidak disyariatkan, tapi nekat untuk diamalkan
Menyelisihi kaum Yahudi
Kaum Yahudi sangat memuliakan hari raya mereka yang jatuh pada sabtu. Pada hari itu, mereka melakukan puasa khusus tanpa diikuti pada hari sebelumnya atau hari setelahnya. Hal ini dikakukan sebagai bentuk atas penghormatan mereka terhadap hari yang mulia dalam syariat agama yahudi.
Syariat Islam datang dengan memberikan arahan agar tidak menyerupai tata cara beribadahnya orang Yahudi. Maka, ketika tiba hari Jumat, di mana hari tersebut adalah salah satu hari rayanya kaum Muslimin, maka mereka dilarang berpuasa pada hari itu.
Larangan untuk tasyabbuh (penyerupaan) ini juga berlaku ketika hari ‘Asyura (hari kesepuluh dari bulan Muharram). Pada saat itu, kaum Yahudi melaksanakan puasa sebagai bentuk pengagungan.
Ketika datang syariat Islam, Nabi Muhammad memerintahkan agar kaum Muslimin tidak menyerupai kaum Yahudi dengan berpuasa hanya pada hari ’Asyura itu. Namun, hendaknya diikuti dengan satu hari sebelumnya (puasa tasu’a) atau satu hari setelahnya.