Mari kita tengok sejarah pelaksanaan kongres Muhammadiyah ke-17 di Yogyakarta tahun 1928. Cabang dan ranting Muhammadiyah sudah cukup banyak per tahun itu, bahkan menjangkau Sumatera.
Jadi, kongres sudah bukan lagi berorientasi Yogyakarta atau Jawa saja. Aspek lintas pulau mengindikasikan adanya tanggung jawab yang lebih besar untuk menyambut tamu-tamu yang datang dari wilayah dan budaya yang berbeda dari yang ada di Yogyakarta. Dengan kata lain, kongres ini bukan hanya merupakan kegiatan keorganisasian, tapi juga kegiatan budaya, sosial sekaligus hiburan (dengan adanya pertandingan sepakbola dan pameran produk, misalnya).
Kongres ini sendiri pada akhirnya berjalan dengan sukses dan Muhammadiyah berterima kasih kepada warganya, para partisipan kongres, serta masyarakat umum yang turut meramaikan kongres tersebut. Tapi, semuanya bermula dari persiapan yang matang dan kerja sama mereka yang berpartisipasi, khususnya para panitia.
Tanggung jawab pelaksanaan kongres tahun 1928 ada di Hoofd Comite (Komite Kepala). Tugasnya ialah membagi pekerjaan menjadi bagian dan subbagian, menetapkan siapa saja yang patut di setiap bagian itu dan memastikan mereka bersedia bekerja di bagian tersebut.
Hoofd Comite kongres Muhammadiyah membagi kepanitiaan menjadi tujuh subkomite, yang memiliki tugas masing-masing. Ketujuhnya ialah: 1) subkomite persidangan, 2) subkomite tamu, 3) subkomite usaha, 4) subkomite perayaan, 5) subkomite ‘Aisyiyah, 6) subkomite Hizbul Wathan, dan 7) subkomite pameran.