Selasa 08 Jun 2021 04:00 WIB

Houthi: 11 September Konspirasi Amerika Serikat Lawan Islam

Hputhi Yaman menyebut 11 September 2001 untuk menyerang Islam

Rep: Febryan A/ Red: Nashih Nashrullah
Hputhi Yaman menyebut 11 September 2001 untuk menyerang Islam. Serangan ke menara kembar WTC di New York, 11 September 2001
Foto: AP
Hputhi Yaman menyebut 11 September 2001 untuk menyerang Islam. Serangan ke menara kembar WTC di New York, 11 September 2001

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Houthi, gerakan politik bersenjata di Yaman, menyebut bahwa serangan 11 September 2001 di New York dan Washington merupakan buatan Amerika Serikat (AS). 

Serangan itu direkayasa sedemikian rupa agar Amerika Serikat bisa menyerang dunia Islam. 

Baca Juga

Hal itu disampaikan Abdul-Malik al-Houthi, pemimpin Houthi, dalam sebuah acara bertajuk "Berteriak pada Kekuatan yang Sombong" di Teheran, Iran, Ahad (6/6).  

Abdul-Malik menjelaskan, Amerika Serikat pada dasarnya memang selalu berupaya menghancurkan identitas budaya umat Islam dan Arab. Hal itu dilakukan dengan bantuan negara Israel. Upaya Amerika Serikat semakin gencar setelah serangan 11 September.

Serangan 11 September atau serangan 9/11 adalah serangkaian empat serangan bunuh diri yang menargetkan sejumlah gedung di New York dan Washington pada 11 September 2001. Menurut laporan tim investigasi 911, sekitar 3.000 orang tewas dalam serangan ini.  

Setelah serangan 9/11, kata Abdul-Malik, pemerintah Amerika Serikat mulai melakukan hal-hal diluar kepentingan negara Amerika Serikat. Pemerintah berkuasa di Negeri Paman Sam itu mulai menggunakan dalih peristiwa 9/11 untuk menyerang umat Islam. "Ketika Amerika Serikat memulai upayanya (menyerang umat Islam) setelah 9/11, Israel (juga) semakin intens menindas rakyat Palestina," kata Abdul-Malik. 

Abdul-Malik juga menyoroti normalisasi hubungan antara beberapa negara Arab dan negara Israel. Ia menyebut tindakan itu sebagai aib dan sebuah pengkhianatan terhadap rakyat Palestina. 

Normalisasi dilakukan Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko serta satu negara non-Arab Bhutan pada 2020. Kelima negara itu berdamai dengan Israel dan mengakui kedaulatan negara Yahudi tersebut. 

Abdul-Malik menyebut, persahabatan dengan Zionis berarti menjadikan umat Islam target serangan secara langsung. Dia lantas menekankan perlunya upaya untuk menghilangkan ketergantungan terhadap Amerika Serikat dan Israel. 

"Iran selalu teguh pada posisinya menolak hegemoni Amerika Serikat dan (mendukung) perlawanan Palestina. Hizbullah secara serius (juga berhasil) menggagalkan plot Amerika Serikat dan Israel di kawasan," kata Abdul-Malik.

 

Sumber: mehrnews 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement