Saat ini dia sudah memiliki lebih dari 5.000 peserta di kelas daring binaannya. Di sana, ia biasa mengisi kajian seputar manajemen rumah tangga Islami.
Kegiatan tersebut sudah berlangsung selama tiga tahun. Setiap harinya, ia membuat video, salinan, dan rekaman mp3. Selain diunggah di kelas daring, semua materi kajiannya juga diunggah di sosial media, mulai dari Instagram hingga Youtube.
Sebagai da’i, tentunya Ustadz Ahmad memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat. Dia merupakan santri dari salah satu pesantren di Sukabumi. Sewaktu menjadi santri, ia belajar tafiz Alquran dan bahasa Arab. Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikannya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari kuliah ini, Ustadz Ahmad mulai menggeluti da’i.
“Saat kuliah saya diminta menggantikan salah satu dosen saya menjadi khatib Jumat. Saya senang saat itu karena saya masih awam tapi sudah diberi kepercayaan, apalagi menggantikan dosen. Nah, dari situ mungkin orang-orang suka karakter dakwah saya, akhirnya mulai minta jadwal saya. Cita-cita saya memang untuk bermanfaat bagi umat,” jelas dia.
Dengan kecakapan dan kegigihannya, Ustadz Ahmad bisa berdakwah sampai di posisi saat ini. Selama menjalani program SDI, ia mengungkapkan perasaan bahagianya ketika bertemu dengan teman-teman dari lingkungan baik dan mempunyai satu misi sama, yaitu menyebarkan dakwah Islam.
Pria berusia 30 tahun ini menuturkan SDI dibangun oleh tim Umma yang berisi orang-orang baik untuk mendapat pahala jariah. “Saya merasa saya tidak berjuang sendirian, dikelilingi orang-orang baik. Saya bahagia, para pesertanya juga bahagia. Mudah-mudahan kedepannya program seperti ini masih ada,” ucap dia.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
