REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sikap boros dan berlebihan menimbulkan ketamakan. Sementara, ketamakan akan melahirkan dua hal, yaitu tidak pernah merasa cukup dan selalu dalam kemalangan dan merugi. Dua dampak ini telah dijelaskan seorang ulama asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi.
Dalam bukunya yang berjudul “Misteri Puasa, hemat & Syukur”, Said Nursi menjelaskan bahwa sikap tamak akan mengakibatkan orang tidak pernah merasa cukup. Menurut dia, kondisi ini menyebabkan seseorang enggan berusaha dan bekerja, membuatnya selalu mengeluh tanpa mau bersyukur, serta melemparkannya ke dalam jurang kemalasan.
Sebagai akibatnya, menurut Nursi, orang yang tamak tersebut tidak mau menerima uang sedikit yang diperoleh dari usaha halal. Tetapi, ia menoleh kepada uang haram yang diperoleh tanpa perlu capek dan lelah. Serta demi itu, ia rela mengorbankan harga diri dan kehormatannya.
Dampak sikap tamak yang kedua adalah malang dan merugi. Menurut Nursi, orang yang tamak tidak akan pernah mencapai tujuannya, selalu merasa sulit, tidak pernah merasa ditolong dan dibantu sehingga seperti bunyi sebuah ungkapan terkenal, “Orang yang tamak selalu malang dan merugi.”
Sifat tamak tersebut juga memberikan dampak tertentu pada kehidupan makhluk sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku. Begitu juga dengan kebalikan dari tamak yakni sifat qanaah, yang artinya selalu merasa cukup dan rela menerima apa yang diberikan Allah SWT.