Altas mengatakan bahwa organisasinya telah menerima sumbangan dari seluruh Eropa untuk pembangunan masjid ini, termasuk sumbangan bersejarah sebesar 2,5 juta Euro (3 juta dolar) atau setara 43 miliar rupiah oleh pemerintah Kota Strasbourg.
"Dengan putusan ini, secara khusus mereka menyatakan tidak ada diskriminasi antara komunitas Katolik, Protestan, Yahudi, dan Islam," ujarnya, dilansir dari Anadolu Agency, Rabu (5/5).
Presiden Asosiasi Masjid Sultan Eyup Eyup, Sahin mengatakan pada Oktober 2020, mereka telah meminta bantuan keuangan dari Kota Strasbourg untuk pembangunan masjid. Pemerintah kota menerima permintaan ini pada Maret 2021. Langkah ini selanjutnya menimbulkan kontroversi. Pihak asosiasi, kata dia, memutuskan untuk menarik permintaan bantuan.
"Karena pemilu semakin dekat dan beberapa politisi telah mengubah masjid menjadi propaganda pemilu,"kata dia.