Selasa 04 May 2021 12:45 WIB

Studi: Larangan Burqa Picu Tindakan Radikalisme

Wanita seringkali menjadi garis pertahanan pertama melawan terorisme.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Studi: Larangan Burqa Picu Tindakan Radikalisme
Foto:

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson membandingkan wanita Muslim berjilbab dengan “kotak surat” dan “perampok bank.” Akibatnya terjadi lonjakan serangan anti-Muslim di Inggris. Bahkan, burkini, baju renang Muslim yang menutupi seluruh tubuh disebut sebagai simbol ekstremisme Islam.

Memberi amunisi Daesh/ISIS

Dilansir TRT World, Selasa (4/5), contoh paling jelas yang membangun hubungan antara pelarangan burqa dan radikalisasi berasal dari negara yang pertama kali memberlakukan larangan, yakni Prancis. Antara 2011 dan 2017, Prancis menyaksikan 34 serangan teroris. Beberapa di antaranya dapat dilacak pada pembatasan.

“Terorisme masih relatif langka di Eropa. Namun, negara-negara yang memberlakukan pelarangan burqa mengalami tingkat kekerasan yang lebih tinggi yang melibatkan agama,” kata dia.

Pengeboman 2016 di bandara Brussel dan metro yang menyebabkan 32 orang tewas juga dapat dilacak pada militan yang diradikalisasi karena dianggap bermusuhan terhadap Islam. Kelompok teroris seperti ISIS telah mengeksploitasi larangan burqa untuk mencari anggota baru.

“Sangat jelas ada yang bertanggung jawab atas individu yang bergabung dengan kelompok seperti Alqaidah dan ISIS karena adanya larangan burqa sebagai tanda pembatasan Islam,” ujar dia. 

 

https://www.trtworld.com/magazine/burqa-bans-only-radicalise-more-muslims-46414

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement