Selasa 04 May 2021 12:45 WIB

Studi: Larangan Burqa Picu Tindakan Radikalisme

Wanita seringkali menjadi garis pertahanan pertama melawan terorisme.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Studi: Larangan Burqa Picu Tindakan Radikalisme
Foto:

Menjauhkan sekutu

Saiya yang juga asisten profesor kebijakan publik dan urusan global di Nanyang Technological University Singapura mengatakan pakaian religius merupakan inti dari banyak tradisi keagamaan termasuk Yudaisme dan Sikhisme. "Banyak wanita yang memakai penutup wajah sebagai cara menunjukkan ketundukan mereka kepada Tuhan,” ujar dia.

Menutup kepala dengan kerudung adalah praktik umum di kalangan wanita Muslim di beberapa negara. Ini sama seperti budaya burqa yang umum di beberapa negara, sebuah pakaian yang menutupi wajah dan tubuh saat wanita Muslim bepergian.

Saiya menjelaskan salah satu kelemahan terbesar pelarangan cadar adalah dampaknya terhadap perempuan Muslim yang seringkali memegang kekuasaan menghentikan laki-laki di rumah mereka yag akan bergabung dengan kelompok militan. “Wanita sering kali menjadi orang pertama yang menyadari perubahan perilaku dan gejala radikalisasi dalam anggota keluarga mereka. Oleh karena itu, seringkali menjadi garis pertahanan pertama melawan terorisme,” ucap dia.

Di Eropa, Prancis adalah negara pertama yang melarang cadar di tempat umum pada 2011. Larangan ini menyusul di sejumlah negara Eropa lain, misal Belgia, Bulgaria, Austria, Denmark, dan Belanda.

Bulan lalu Swiss memilih melarang wanita Muslim mengenakan penutup wajah islami di tempat umum. Pemerintah Eropa tidak selalu secara khusus menyebut Islam dan bersikeras larangan itu untuk semua orang. Tetapi pernyataan yang dibuat oleh beberapa pemimpin Eropa tidak lain adalah islamofobia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement